Jumat 03 Aug 2018 03:30 WIB

Dokter: Rubella Dapat Sebabkan Katarak dan Tuli

Infeksi rubella selama awal kehamilan dapat menyebabkan beberapa dampak buruk.

Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Measles Rubella (MR) yang akan disuntikkan kepada siswa saat Kampanye Imunisasi Campak dan MR, beberapa waktu lalu.
Foto: Antara/Fahrul Jayadiputra
Petugas kesehatan menyiapkan vaksin Measles Rubella (MR) yang akan disuntikkan kepada siswa saat Kampanye Imunisasi Campak dan MR, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virus rubella yang menginfeksi ibu hamil pada awal masa kandungan dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Hal itu diungkapkan Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia DR dr Soedjatmiko Sp.A(K) di Jakarta, Kamis (2/8).

Soedjatmiko mengatakan imunisasi vaksin MR penting sebagai pencegahan penularan campak dan rubella. Sebab, kedua penyakit tersebut belum dapat diobati secara menyeluruh melainkan hanya bersifat suportif.

"Vaksin campak itu untuk melindungi anak dari penyakit campak. Campak pada anak berbahaya bisa menyebabkan diare, ensefalitis (radang otak), kebutaan, gizi buruk hingga kematian. Tapi kalau imunisasi rubella pada anak untuk memutus mata rantai virus supaya tidak tertular pada ibu hamil," kata Soedjatmiko.

Rubella merupakan penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Namun yang menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek kepada janin apabila rubella menyerang pada wanita hamil trimester pertama.

Infeksi rubella selama awal kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian janin, atau sindrom rubella konegnital (Congenital Rubella Syndroma/CRS)  pada bayi yang dilahirkan. CRS biasanya bermanifestasi sebagai penyakit jantung bawaan, katarak, microcephaly (kepala kecil), dan tuli.

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan,  sejak tahun 2010 sampai 2015 diperkirakan terdapat 23.164 kasus campak dan 30.463 kasus rubella.

Jumlah ini diperkirakan masih lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan mengingat masih banyaknya kasus tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah. Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukkan 70 persen kasus rubella terjadi pada kelompok usia di bawah 15 tahun.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement