Jumat 17 Aug 2018 07:36 WIB

Duduk Terlalu Lama Berisiko Alzheimer, Ini Cara Atasinya

Berjalan dua menit setiap setengah jam bisa mengatasi kemungkinan Alzheimer

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Duduk terlalu lama tidak baik bagi kesehatan.
Foto: Womanitely
Duduk terlalu lama tidak baik bagi kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda menghabiskan waktu berjam-jam didepan komputer selama bekerja? Setelah itu Anda lebih banyak menghabiskan waktu diatas sofa yang empuk? Waspadalah, para ilmuwan mengungkapkan duduk terlalu lama bisa meningkatkan risiko Alzheimer. 

Menurut penelitian baru, duduk terlalu lama memperlambat aliran darah yang vital ke otak sehingga menimbulkan konsekuensi potensial untuk kesejahteraan jangka panjang kita. Secara khusus, penurunan aliran dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan risiko kemungkinan penyakit neurodegeneratif yang lebih besar, seperti Alzheimer. Untungnya, berjalan hanya dua menit setiap setengah jam dapat menonaktifkan ini, memulihkan sirkulasi yang sehat. 

Baca: Ini Cara Hindari Demensia dan Alzheimer

Para peneliti di Liverpool John Moores University menganalisis kebiasaan duduk dari 15 rekan kerja di kantor selama tiga sesi terpisah. Masing-masing memakai probe ultrasound yang melacak aliran darah melalui arteri serebral tengah mereka, yang melayani otak secara langsung.

Di sesi pertama mereka duduk terus menerus selama empat jam, dengan pengecualian istirahat kamar mandi singkat. Dalam kedua, mereka melakukan dua menit berjalan cepat di treadmill terdekat dengan interval 30 menit. Kemudian, di sesi ketiga, mereka berjalan selama delapan menit setiap dua jam.

Baca: Tidur Berkualitas Kurangi Risiko Alzheimer

Aliran darah berkurang selama sesi pertama dan terakhir - ketika aktivitas minimal atau setiap dua jam - tapi meningkat pesat ketika subjek aktif secara teratur. 

Sophie Carter, seorang mahasiswa doktoral yang memimpin penelitian itu, mengatakan bahwa temuan itu menegaskan kembali perlunya istirahat singkat tetapi teratur."Hanya istirahat dua menit yang sering berjalan memiliki efek keseluruhan mencegah penurunan aliran darah otak," katanya seperti dilansir dari laman Daily Mail, Jumat (17/8).

Mereka mempublikasikan temuan mereka di Journal of Applied Physiology, awal musim panas ini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement