Kamis 23 Aug 2018 00:30 WIB

Studi: Vaksin Tdap tak Berisiko Tingkatkan Autisme

Studi tidak ada keterkaitan antara vaksinasi dan autisme.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang anak penderita autisme merangkai manik-manik untuk di jadikan gelang pada kampanye kegiatan Hari Peduli Autis Internasional di Anjungan Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (2/4).
Foto: Antara/Dewi Fajriani
Seorang anak penderita autisme merangkai manik-manik untuk di jadikan gelang pada kampanye kegiatan Hari Peduli Autis Internasional di Anjungan Losari, Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Kesalahpahaman tentang risiko vaksin telah menyebabkan beberapa orang tua menghindari vaksinasi. Sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa vaksinasi Tdap untuk wanita hamil tidak meningkatkan risiko autisme pada anak.

Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Pediatrics ini menyebutkan prevalensi autisme terhadap anak-anak dari ibu yang menerima vaksin Tdap saat hamil lebih rendah dari ibu yang yang tidak menerima vaksin. Penelitian ini melibatkan 80 ribu anak yang lahir antara 2011 dan 2014 di rumah sakit Kaiser Permanente Southern California.

Tingkat autisme untuk bayi yang lahir dari ibu yang mendapatkan vaksin adalah 1,5 persen dibandingkan yang tidak yaitu sebesar 1,8 persen. Studi ini mendukung sejumlah penelitian yang menunjukkan tidak ada keterkaitan antara vaksinasi dan autisme. "Tidak ada hubungan antara autisme dan vaksin apa pun," kata Dr. Daniel Coury, seorang dokter anak di Nationwide Children's Hospital dilansir dari Health Line.

Coury menjelaskan vaksinasi pra-melahirkan terbukti membantu melindungi bayi dari tiga penyakit mematikan yaitu tetanus, difteri, dan pertusis atau dikenal juga dengan batuk rejan. Pada anak, vaksin ini wajib diberikan dari usia dua bulan sampai enam bulan.

Di antara ketiga penyakit mematikan itu yang paling rentan terhadap anak-anak adalah pertusis. Penyakit ini disebabkan infeksi pernafasan yang sangat menular yang dapat membuat anak sulit bernafas. Bayi usia muda terutama di bawah enam bulan adalah yang paling mudah terserang penyakit ini.

Oleh karena itu, untuk melindungi bayi baru lahir dan bayi muda dari penyakit mematikan ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mendorong wanita hamil untuk menerima vaksin Tdap di trimester ketiga kehamilan. Dalam 91 kasus yang ditemukan, antibodi dari ibu hamil memberikan perlindungan pada bayi.

American College of Obstetricians and Gynecologists and Society for Maternal-Fetal Medicine juga telah mengesahkan rekomendasi ini. Dengan memberikan vaksin terhadap ibu hamil, antibodi yang dihasilkan tubuh ibu hamil sebagai respons terhadap vaksin bisa melewati plasenta dan melindungi hingga bayi setelah lahir.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement