REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso menyebut status virus Rubella di Indonesia masuk kondisi darurat. Virus ini menimbulkan ancaman yang serius bagi janin dan bayi-bayi yang lahir di Indonesia.
"Indonesia masuk kondisi darurat Rubella. Ini karena negara kita belum melaksanakan program vaksin Rubella secara nasional sementara negara lain sudah melakukan dari jauh-jauh hari," ujarnya di Kantor Republika, Pejaten, Jakarta Selatan, Jumat (24/8).
Darurat yang dimaksud bukan berarti jika penderita Rubella tidak divaksin akan mati. Namun kedaruratan ini untuk mencegah lahirnya bayi-bayi cacat yang bisa menjadi beban negara dan keluarga ke depannya.
Pendiri Rumah Vaksinasi ini menyebut bayi yang lahir dan terkena Rubella akan mengalami banyak masalah kesehatan. Diantaranya kebocoran jantung, kebutaan akibat katarak, tuli, serta kapasitas otak yang mengecil.
"Kalau ini tidak dicegah, ke depannya Indonesia bisa mengalami lost-generation. Meskipun ratusan juta dikeluarkan untuk menyembuhkan bayi-bayi ini, kecerdasannya akan terlambat akrena otak mereka juga terserang," ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran ini.
Ia pun mencontohkan hasil penelitian yang dilakukan kepada bayi-bayi kelahiran hidup di dua wilayah yaitu Yogyakarta dan Surabaya. Di Yogyakarta, ditemukan kejadian sindrom Rubella sekitar 0,28 perseribu kelahiran hidup. Sementara di Surabaya ditemukan 0,77 sindrom perseribu kelahiran hidup.
Dari angka ini membuktikan hampir satu perseribu kelahiran hidup di suatu wilayah menderita sindrom Rubella. Sementara WHO memperkirakan sekitar seribu hingga 10 ribu bayi di Indonesia lahir dengan sindrom Rubella pertahunnya.
"Kalau ingin dibuktikan lebih serius, ya harus ada survei lagi. Ini untuk melihat seberapa besar penyebaran dan efek dari sindrom Rubella ini," kata dia.
Dokter Piprim pun menilai vaksin sangat penting bagi manusia. Tidak hanya untuk bayi namun juga anak-anak, dewasa, kakek, nenek, dan lansia. Vaksin dinilai satu-satunya cara meningkatkan kekebalan spesifik manusia terhadap penyakit tanpa manusia ini mengalami sendiri sakitnya.