REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Penelitian baru mengungkapkan, paparan kronis terhadap polusi udara dapat menyebabkan kerusakan yang merugikan kinerja kognitif otak. Para peneliti percaya bahwa dampak negatif polusi meningkat seiring bertambahnya usia dan mempengaruhi paling buruk pria dengan pendidikan rendah, dilaporkan oleh BBC, Selasa (28/8).
Selama empat tahun, matematika dan keterampilan verbal dari sekitar 20 ribu orang di Cina dimonitor oleh studi AS-Cina. Para peneliti percaya hasil ini memiliki relevansi global, sebab lebih dari 80 persen penduduk perkotaan dunia menghirup polusi udara dalam tingkat yang tidak aman.
Digambarkan sebagai pembunuh tak terlihat, polusi udara menyebabkan sekitar tujuh juta kematian prematur dalam setahun di seluruh dunia, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Kami memberikan bukti bahwa efek polusi udara pada tes verbal menjadi lebih jelas seiring bertambahnya usia, terutama bagi pria dan yang kurang berpendidikan," kata studi yang dipublikasikan pada hari Senin dalam Prosiding National Academy of Sciences.
Studi menunjukkan, polusi juga meningkatkan risiko penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan bentuk lain dari demensia. "Paparan terhadap tingkat polusi udara yang tinggi dapat menyebabkan semua orang seperto berkurang tingkat pendidikannya satu tahun, yang berarti sangat besar," jelas salah satu penulis bersama Xi Chen dari Sekolah Kesehatan Umum Yale.
Penelitian sebelumnya menemukan polusi udara memiliki dampak negatif pada kemampuan kognitif siswa. Dalam penelitian ini, peneliti menguji orang-orang dari kedua jenis kelamin yang berusia 10 tahun ke atas antara 2010 dan 2014, dengan 24 soal matematika standar dan 34 pertanyaan pengenalan kata.
Membandingkan lokasi geografis orang dengan ketika mereka diwawancarai, memungkinkan para peneliti untuk mencocokkan nilai tes dengan data kualitas udara lokal. Salah satu alasan mereka menilai pria yang lebih tua dengan pendidikan yang lebih rendah yang paling terpengaruh oleh paparan kronis terhadap populasi udara adalah karena mereka sering bekerja di bisang pekerjaan manual luar ruangan.
"Temuan kami tentang efek merusak dari polusi udara pada kognisi. Terutama pada otak yang menua, menyiratkan adanya efek tidak langsung polusi pada kesejahteraan sosial bisa berdampak jauh lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya."
Studi ini menunjukkan meski studi secara khusus dilakukan di Cina, tapi bisa memberi manfaat bagi negara-negara berkembang yang mengalami masalah polusi. Studi mencatat 98 persen kota dengan lebih dari 100 ribu orang penduduknya yang yang berpenghasilan rendah atau menengah gagal memenuhi aturan baku soal kesehatan udara oleh WHO.