REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Saat batuk melanda, jangan buru-buru minum antibiotika untuk meredakannya. Panduan yang diterbitkan oleh National Institute for Health and Care Excellence (NICE) dan Public Health England (PHE) lebih merekomendasikan konsumsi madu.
Menurut panduan itu, minum madu atau obat-obatan yang dijual bebas menjadi pilihan yang lebih baik untuk mengatasi batuk dan sakit tenggorokan. Hal itu terutama, obat yang mengandung pelargonium, guaifenesin, dan dextromethorphan.
Ada alasan khusus mengapa profesional medis meminta untuk menghindari penggunaan antibiotik. Dengan mengandalkan antibiotika sebagai pembunuh penyakit, seseorang justru dapat mengembangkan resistensi antibiotika.
Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan kondisi itu sebagai salah satu ancaman terbesar terhadap kesehatan global. Resistensi antibiotika adalah kemampuan bakteri untuk melawan efek antibiotika dan prosesnya dipercepat oleh penggunaan berlebihan jenis obat itu.
Dikutip dari laman Men's Health, terdapat kesempatan di masa depan di mana obat-obatan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Antibiotika pun berpotensi tidak efektif melawan penyakit. Akibatnya, infeksi pada tubuh tidak bisa lagi mudah diobati.
Pada penelitian yang dipublikasikan dalam The Antibiotic Resistance Crisis, para ahli menyebarkan saran untuk mencegah resistensi tersebut. Cara mudahnya adalah berhenti menggunakan antibiotik ketika tidak benar-benar diperlukan.
Mengobati gejala flu, pilek, dan sakit tenggorokan, termasuk sejumlah kondisi yang tidak terlalu membutuhkan antibiotika. Sebaliknya, minum madu sangat bagus untuk meredakan sederet gejala tersebut.