REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah makalah belum lama ini diterbitkan dalam Jurnal Science terkait racun mematikan. Medical News Today melaporkan, penelitian di dalam makalah tersebut ingin membuktikan racun mematikan bisa membantu perawatan inovatif dalam dunia kesehatan.
Racun sangat efektif dalam memenangkan kompetisi terhadap beberapa spesies. Namun, bisakah racun tersebut menguntungkan bagi manusia?
Sampai saat ini, memanen racun dan membedahnya hingga tingkat molekuler sangat sulit. Racun mematikan mayoritas terdapat pada hewan berbisa berukuran kecil. Hal tersebut membuatnya sulit dipanen.
Racun juga seringkali merupakan campuran bahan kimia yang cukup rumit. Namun perkembangan teknologi terus meningkat sehingga membuatnya bisa fokus diolah.
Penulis utama dari studi tersebut, yakni Mande Holford dari Pusat Pascasarjana Universitas New York dan Hunter College mengungkapkan bahwa hewan beracun memiliki petunjuk yang memgarahkan pada perawatan kesehatan.
Beberapa penyakit tersebut, seperti diabetes, autoimun, dan penyakit kronis. Terobosan teknologi terbukti telah mampu mengembangkan wawasan terhadap racun.
"Racun bisa menghasilkan senyawa baru, mungkin ini bisa berguna bagi obat," kata Holford. Saat ini, Food and Drugs Administration telah menyetujui enam jenis obat yang terbuat dari racun.
Keragaman jenis racun alami dan spesifisitasnya yang tinggi sehingga racun bisa menjadi dasar bagi sebuah rancangan obat. Salah satu penelitian terkait racun, yakni peptida yang berasal dari anemon laut berbisa ternyata bisa membantu dalam pengobatan penyakit autoimun.
Kemudian neurotoksin yang berasal dari conus magus atau sejenis spesies siput laut bisa memberikan perawatan efektif untuk nyeri kronis. Namun obat diklaim tidak menimbulkan kecanduan. Ada pula chlorotoxin sebagai kendaraan potensial untuk mengangkut obat anti kanker ke sel target. Racun laba-laba juga diprediksi bisa menyingkirkan hama tanaman dengan lebih baik.
Menurut catatan sejarah, racun sudah digunakan untuk sebagai pengobatan sejak 2 ribu tahun lalu. Menurut sejarawan Appian, racun viper sudah dipakai saat perang untuk mengobati luka. Racun tersebut berfungsi menghentikan pendarahan. Dibalik sejarahnya, racun masih mempunyai banyak rahasia lain.