Senin 03 Sep 2018 22:34 WIB

Tubuh Berotot Lebih Panjang Umur?

Kekuatan genggaman bisa untuk mengukur kesehatan seseorang dari berbagai usia

Rep: Nora Azizah / Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bentuk tubuh berotot/ilustrasi
Foto: gccaz.edu
Bentuk tubuh berotot/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berlatih lebih lama di gym tidak hanya bermanfaat bagi penampilan pria dan wanita. Untuk pria dan wanita berotot diklaim memiliki usia lebih panjang daripada yang tidak.

Dilansir melalui Men's Health, sebuah penelitian baru dari Michigan University menemukan bahwa kekuatan otot mempunyai faktor untuk membuat hidup seseorang lebih lama.

Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Kate Duchowny tersebut menyimpulkan, orang dengan kekuatan otot 50 persen lebih rendah memiliki kemungkinan meninggal lebih awal. Kekuatan otot tersebut dihitung berdasarkan genggaman tangan seseorang. "Mempertahankan kekuatan otot penting untuk kesehatan dan bisa memperpanjang usia," ujar Duchowny.

Kekuatan genggaman penting karena bisa dipakai untuk memrediksi kesehatan dan usia secara keseluruhan. Bahkan kekuatan otot lebih baik digunakan untuk pengukuran umur, seperti massa otot. Dalam melakukan pengukuran kekuatan otot menggunakan genggaman tangan, seseorang akan diminta menggenggam alat bernama dinamometer dengan satuan kilogram.

Para peneliti juga mengatakan, kekuatan cengkraman bisa menjadi indikator kuat untuk mengukur kesehatan seseorang dari segala usia. Para peneliti juga melakukan analisa data yang dikumpulkan dari Studi Kesehatan dan Pensiunan Universitas. Sampel berasal dari 8.326 pria dan wanita berusia 65 tahun ke atas. Tingkat kekuatan dan kelemahan otot diklasifikasikan, yakni 39 kilogram untuk pria dan 22 kilogram bagi wanita.

Para peneliti menemukan bahwa 46 persen responden berada diklasifikasi bawah. Kesimpulannya, hanya 10 dari 13 persen orang yang dapat dipertimbangkan dari segi usia. Penemuan tersebut membuat Duchowny dan tim untuk menekan betapa pentingnya mengukur kekuatan genggaman tangan bagi pasien. Bahkan hal tersebut bisa dilakukan saat seseorang belum menunjukkan gejala gangguan kesehatan. "Kami percaya penelitian kami cukup akurat," tegas Duchowny. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement