Jumat 07 Sep 2018 07:18 WIB

Sarapan Sehat tak Selalu Harus Padat

Sarapan harus memenuhi karbohidrat, protein, mineral, dan serat.

Rep: MGROL 106/ Red: Indira Rezkisari
Smoothies berisi yogurt, oatmeal, buah, dan sayur bisa jadi pilihan sarapan sehat.
Foto: Pixabay/StockSnap
Smoothies berisi yogurt, oatmeal, buah, dan sayur bisa jadi pilihan sarapan sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi sebagian orang, sarapan di pagi mungkin bukanlah sebuah hal yang krusial. Padahal, sarapan sebelum melakukan berbagai macam aktivitas sangatlah penting. Selain akan membuat tubuh sehat, sarapan juga dapat membuat tubuh tidak lesu di siang hari.

Namun, masih banyak yang menganggap bahwa sarapan adalah kegiatan memakan makanan apa saja agar perut tetap kenyang. Padahal, sarapan yang benar adalah ketika seseorang memakan makanan bergizi lengkap, bahkan tidak perlu sampai perut terasa kenyang.

Selain itu, banyak juga yang berpikir bahwa ketika sarapan, kita harus memakan makanan padat. "Sering kali masyarakat salah mempersepsikan sarapan. Sarapan dianggap makanan padat, padahal bisa lembut dan cair. Makanan dan minuman. Sarapan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi harian," kata seorang ahli gizi, Hardinsyah, dalam acara konferensi pers peluncuran Nestlé NESTUM di Hotel Grand Hyatt Hotel, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Meski kebutuhan gizi harus dipenuhi, tetapi menurut Hardinsyah, terlalu banyak juga sebaiknya dihindari. Karena dapat menyebabkan rasa kantuk yang akan menghambat aktivitas sehari-hari.

Sarapan memang dapat dikatakan sebagai kegiatan makan dan minum, akan tetapi makanan dan minuman yang disantap harus yang berkualitas. "Memenuhi karbohidrat, ada proteinnya, ada mineral, dan ada serat," kata Hardinsyah.

Sarapan juga menjadi sumber energi yang menyebabkan tubuh memiliki stamina lebih. Selain itu, sarapan juga dapat membantu seseorang lebih berkonsentrasi melakukan kegiatan dari pagi sampai siang hari. Ketika selesai beraktivitas, energi sudah pasti terasa berkurang. Maka dari itu selain sarapan, makan siang dan sore yang bergizi juga sangat disarankan.

Berdasarkan data Survei Diet Total (SDT) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) pada lebih dari 25 ribu anak usia 6 sampai 12 tahun di 34 provinsi di Indonesia, sekitar 47,7 persen anak belum memenuhi kebutuhan energi minimal saat sarapan. Kemudian, 66,8 persen anak masih sarapan dengan mutu gizi rendah vitamin dan mineral.

Persentase anak yang kurang mendapat gizi bermutu dapat terbilang cukup tinggi.

"Terdapat beberapa faktor. Ketidaktahuan orang tua, keluarga. (Kebiasaan sarapan) ini merupakan pengaruh dari lingkungan. Ini kan anak-anak pada usia sekolah," kata Hardinsyah.

Selanjutnya, ia juga mengatakan bahwa ketika anak merasa lapar, mereka pasti akan meminta makanan. Seharusnya orang tua selalu mengantisipasi hal tersebut dengan menyediakan berbagai macam makanan berkualitas dan bergizi tinggi. Kemudian, Hardinsyah juga berkata bahwa faktor waktu juga memengaruhi kebiasaan sarapan anak-anak.

Untuk menghindari kemacetan, anak berangkat sekolah lebih pagi. Dalam situasi ini, orang tua harus menjadi teladan yang baik dengan bangun lebih pagi agar dapar menyiapkan bekal yang sehat. Apabila orang tua bangun tidur di waktu yang sama ketika anak berangkat sekolah, maka anak akan kesulitan mendapatkan sarapan bergizi lengkap.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement