Ahad 16 Sep 2018 16:53 WIB

Perempuan Diminta Lebih Peduli pada Nyeri Haid

Seringkali nyeri haid yang dialami dianggap masalah biasa

Nyeri haid
Foto: ist
Nyeri haid

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gynecologic Minimally Invasive Treatment Surabaya (GMITS) mengajak masyarakat lebih peduli terhadap nyeri haid atau endometriosis melalui sebuah kampanye "Waspada Nyeri Haid". Salah satu anggota GMITS dr Hari Nugroho, SPOG mengatakan kebanyakan perempuan di Kota Surabaya menganggap nyeri haid yang dialami merupakan masalah biasa saat menstruasi.

"Padahal jika dibiarkan, masalah nyeri haid itu bisa berakibat fatal, salah satunya mengakibatkan gangguan reproduksi atau sulit hamil," katanya.

Hari menjelaskan endometriosis atau nyeri haid adalah suatu keadaan di mana sel endometrium yang seharusnya hanya berada di dalam rongga rahim, tumbuh di luar rahim. Keluhan pada endometrios ini adalah nyeri pelvis kronis yang sekitar 70 persen timbul saat menstruasi.

"Seringkali mengakibatkan sulit punya keturunan. Sekitar 25 persen pasien dengan endometriosis tanpa keluhan. Penyakit ini seringkali memberi efek fisiologis maupun psikologis," ujarnya.

Anggota GMITS lain, dr Hengky Muhammad M, SPOG mengemukakan pada pasien dengan endometriosis, sel endometrium ini lepas dari rahim, menempel di tempat lain dan tumbuh.

Lokasi paling sering terjadinya endometriosis ini adalah pada ovarium (indung telur), pada cavum douglas (cekungan antara vagina dan rektum), dan di dalam rongga panggul.

"Menempel dan tumbuhnya sel endometrium ini di luar tempat asalnya seringkali memberikan masalah yang banyak. Paling utamanya adalah nyeri dan seringkali berhubungan dengan menstruasi," tuturnya.

Pada menstruasi normal, endometrium di dalam rahim akan lepas dari dinding rahim dan mengakibatkan keluarnya darah menstruasi, tetapi endometrium yang bertempat di luar rahim, pada fase menstruasi juga akan terjadi pelepasan dari dinding tempat dia menempel dan terjadi perdarahan.

Tetapi karena tidak dapat keluar, seringkali menyebabkan nyeri dan terjadi penempelan di tempat lain yang mengakibatkan endometriosis makin berat.

"Endometriosis ini juga mengakibatkan reaksi radang di sekitar lokasi tumbuhnya, sehingga menyebabkan perlekatan. Seringkali perlekatan ini menyebabkan buntunya saluran tuba (penghubung rahim dengan tindung telur) dan akhirnya menyebabkan susah untuk hamil," ucapnya.

Sementara dr Relly Yanuari, SPOG-KFER menyebut penyebap pasti dari endometriosis ini masih belum 100 persen diketahui. Namun ditengarai pengaruh kelainan genetik juga memberikan peranan pada terjadinya endometriosis ini.

Ada beberapa faktor penyebab penderita endometriosis sulit hamil, yaitu endometriosis menurunkan kualitas sel telur dan Endometriosis menimbulkan perubahan anatomi normal organ reproduksi.

Selain itu, endometriosis menurunkan cadangan sel telur dan endometriosis adalah penyakit sepanjang usia reproduksi di mana penyakit ini akan terus berkembang selama pasien masih haid dan masih dalam usia reproduksi, belum menepause.

Melihat hal itu pihaknya mulai menginisiasi peningkatan kesadaran endometriosis melalui kampanye ini karena nyeri haid tidak selalu normal karena. GMITS ingin setiap wanita yang mengalami menstruasi lebih peduli dengan kesehatan reproduksi dengan memeriksakannya ke dokter atau rumah sakit.

"Bagaimanapun kami tidak dapat bekerja sendiri, kami butuh dukungan rekan-rekan media untuk membentuk kesadaran wanita Indonesia terhadap bahaya endometriosis yang mengintainya. Kami ingin masyarakat lebih peduli terhadap endometriosis," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement