Rabu 03 Oct 2018 09:07 WIB

Mental Sehat Bermula dari Usus Sehat

Konsumsi probiotik membantu mengelola gejala kecemasan dan depresi.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Minuman susu fermentasi atau probiotik memiliki beragam manfaat untuk kesehatan.
Foto: EPA
Minuman susu fermentasi atau probiotik memiliki beragam manfaat untuk kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada triliunan bakteri di usus membantu mencerna makanan dan menjaga sistem kekebalan tubuh. Bakteri usus memainkan peran luar biasa terhadap kesehatan secara keseluruhan.

Penelitian terbaru menunjukkan kesehatan usus juga berkait erat dengan kesehatan mental. Beberapa orang mengklaim diet sehat dengan mengonsumsi suplemen probiotik membantu mereka mengelola gejala kecemasan dan depresi.

Baca Juga

Seberapa banyak sebenarnya hubungan antara usus sehat dengan mental sehat? Pakar kesehatan di Rumah Sakit Umum Boston, Emeran A Mayer mengatakan selama dirinya menjadi dokter banyak pasien mengalami gejala dan penyakit perut atau pencernaan kronis, namun pemeriksaan diagnostiknya justru negatif.

"Dengan menyelidiki riwayat kesehatan pasien, jelas bagi saya banyak dari mereka mengalami peningkatan gejala kecemasan, depresi, dan stres," kata Meyer, dilansir dari Men's Health, Rabu (3/10).

Penulis buku The Mind-Gut Connection ini menyimpulkan kekebalan tubuh, saraf, dan otak memainkan peran dalam masalah kesehatan mental, seperti kecemasan, depresi, stres, dan rasa takut. Dia menyebutnya dengan istilah poros usus-otak atau poros saraf-otak (gut-brain connection). Ini pula yang menyebabkan tak jarang psikiater meresepkan dan merekomendasikan suplemen probiotik ke pasiennya.

Beberapa orang mengklaim mengubah pola makan dan mengonsumsi probiotik membantu mereka menyembuhkan depresi dan kecemasan. Poros usus-otak dapat digambarkan sebagai berikut.

Triliunan bakteri di usus membentuk mikrobioma usus. Profesor Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Johns Hopkins University School of Medicine, Glenn Treisman mengatakan poros usus-otak berkomunikasi dua arah, antara mikroioma usus dengan otak.

"Sederhananya, otak mengirim sinyal ke usus melalui sistem kontrol tubuh, sistem saraf otonom. Usus berbicara ke otak melalui hormon yang disimpan dan sel-sel khusus usus, molekul kekebalan, dan sinyal saraf. Saluran komunikasi inin membuat usus dan otak menjadi dua organ yang erat terhubung dalam tubuh kita," kata Treisman.

Pasien gangguan otak, seperti penderita aprkinson dan autisme mengalami perubahan komposisi dan fungsi mikroba dalam usus mereka. Usus mereka mudah meradang. Oleh karenanya pengaturan jenis dan pola makan pada penderita parkinson dan autisme sangat penting mengendalikan penyakit ini.

Bakteri usus menghasilkan neurotransmitter, seperti serotonin dan dopamin yang berperan mengatur suasana hati. Ini semacam hubungan timbal balik.

"Otak melakukan hal-hal yang memengaruhi bakteri usus, dan bakter usus melakukan hal-hal yang memengaruhi otak," tambah Treisman.

Penelitian menunjukkan mengubah mikrobioma usus bisa memengaruhi suasana hati dan berbagai kondisi kesehatan mental lainnya. Studi 2017 yang diterbitkan dalam Jurnal Mikrobioma menemukan percobaan pada tikus menunjukkan perubahan molekul otak disebut mikroRNAs memengaruhi bagaimana gen diekspresikan dalam tubuh. Peneliti percaya disfungsi mikoRNAs berkontribusi pada stres dan kecemasan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement