Rabu 03 Oct 2018 12:35 WIB

Penyakit Neurologis Ancaman Besar Usia Tua

Parkinson, demensia dan stroke ancam pria dan wanita berusia di atas 45 tahun

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ilustrasi Demensia
Foto: pixabay
Ilustrasi Demensia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru menyatakan, hampir setengah dari wanita dan sepertiga pria di atas usia 45 tahun akan menderita parkinson, demensia, dan stroke selama masa hidup. Tiga kondisi tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan pada penduduk dengan usia tua.

"Biasanya kami mendengar tentang penyakit jantung dan tentang kanker tetapi untuk beberapa alasan kurang fokus pada penyakit ini," kata pemimpin peneliti Kamran Ikram, dikutip dari CNN, Rabu (3/10).

Riset yang diterbitkan di Journal of Neurology Neurosurgery dan Psychiatry ini mengamati 12.102 individu dari Rotterdam selama 26 tahun, dengan melakukan pemeriksaan medis penuh setiap empat tahun. Selama masa penelitian, dimulai pada tahun 1990 dan berakhir pada tahun 2016, total 1.489 orang didiagnosis dengan demensia, 1.285 dengan stroke dan 263 dengan Parkinson.

Empat ratus tiga puluh delapan orang didiagnosis dengan banyak penyakit."Angka-angka ini sangat tinggi," ujar profesor neurologi dan epidemiologi di Erasmus Medical Centre di Rotterdam, Belanda.

Tim menemukan, 48,2 persen wanita dan 36,2 persen pria mengidap salah satu dari tiga kondisi tersebut. Perempuan memiliki risiko lebih tinggi terkena demensia dan stroke, dengan 31,4 persen kemungkinan mengalami demensia setelah usia 45 tahun. Bandingkan dengan laki-laki yang hanya 18,6 persen mengalami hal yang sama. Perempuan memiliki 21,6 persen kemungkinan terkena stroke dibandingkan dengan 19,3 persen kepada laki-laki.

Ikram menyarankan, harapan hidup yang lebih lama untuk wanita adalah alasan yang mendasari untuk tingkat yang berbeda yang dihadapi wanita dan pria. Risiko terkena penyakit Parkinson hampir sama untuk kedua jenis kelamin, dengan wanita memiliki risiko 4,3 persen dan pria berisiko 4,9 persen.

"Dari sudut pandang masyarakat, penting untuk memiliki angka-angka ini dalam hal perencanaan untuk penyedia layanan kesehatan," kata Ikram.

Ikram masih melihat kurangnya terapi yang menangani akar penyebab dari tiga penyakit otak itu. Memang sudah ada perawatan simptomatik, namun, tim riset perlu lebih fokus pada upaya penelitian untuk menemukan perawatan yang tahan lama untuk penyakit ini.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan penyakit neurologis seperti demensia dan stroke menerima pendanaan penelitian kurang di Inggris daripada penyakit seperti kanker. Sebesar 64 persen dari dana amal dan pemerintah Inggris akan pergi ke penelitian kanker dibandingkan dengan 11 persem yang ditugaskan untuk penelitian demensia dan 7 persen untuk stroke.

Padahal, menurut studi yang dilakukan Ikram, risiko mengembangkan stroke, demensia, dan parkinson terus meningkat seiring bertambahnya usia orang. Antara usia 45 hingga 65, perempuan memiliki peluang 2,6 persen dan laki-laki 3,2 persen kemungkinan mengembangkan salah satu dari tiga kondisi itu. 

Risiko meningkat seiring bertambahnya usia, di atas usia 45 tahun, wanita memiliki lebih dari 48 persen risiko mengembangkan salah satu kondisi itu selama masa hidup mereka. Sedangkan pria memiliki lebih dari 36 persen risiko.

Studi ini pun mendorong untuk mendiagnosis secara cepat terhadap orang-orang tua yang menunjukan tanda-tanda. Dengan penanganan yang cepat  potensi risiko pengembangan penyakit menurun 20 persen hingga 50 persen.

"Penelitian ini lebih lanjut menyoroti fakta yang mapan tentang wanita berada pada risiko demensia lebih besar daripada pria, tetapi menunjukkan bagaimana mengambil langkah-langkah gaya hidup sehat proaktif dapat secara signifikan mengurangi dementia yang risiko, tanpa memandang usia," ujar James Pickett, kepala peneliti di Alzheimer's Society di Inggris.

Pasien yang didiagnosis dengan penyakit neurologis ini juga lebih mungkin memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari masalah kesehatan lainnya. Mereka bisa mengembangkan masalah otak ke penyakit seperti diabetes tipe 2, hipertensi, dan fibrilasi atrium atau detak jantung yang tidak teratur.

Pickett menyatakan, ketika peneliti menemukan  orang yang menderita demensia lebih mungkin memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes tipe 2, pilihan gaya hidup sehat perlu disarankan. Pasien sebaiknya makan diet gaya Mediterania, berolahraga secara teratur, dan tidak merokok.

"Kami membutuhkan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami hubungan antara jantung dan kesehatan otak," ujar Pickett.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement