REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian dari kita mungkin sudah sangat sering mendengar istilah FOMO atau Fear Of Missing Out. Ini adalah fobia baru para pecandu internet yang tidak ingin ketinggalan berita atau sesuatu di media sosial.
Baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media sosial di malam hari dan FOMO berkaitan dengan penyebab di balik buruknya kualitas tidur anak. Para peneliti melihat kebiasaan tidur anak-anak dari usia 12 hingga 18 tahun dan menemukan mereka semakin aktif sebelum tidur.
Oleh karena itu, mereka tidur selama berjam-jam setiap malam atau tidur lebih lama. FOMO merupakan jantung dari semua konsekuensi tidur negatif ini, menurut temuan yang diterbitkan dalam Journal of Adolescence. Para remaja merasakan efeknya berlipat ganda.
Di satu sisi, tidur mereka terpengaruh karena mereka tetap terjaga di kemudian hari dalam upaya untuk tetap berada dalam lingkaran online. Di sisi lain, seperti mengunggah sesuatu dan chatting mengacaukan kemampuan otak mereka untuk dengan mudah merasa ingin tidur begitu lampu padam.
Jadi kita tentu tidak salah untuk fokus pada bagaimana koneksi online kita yang konstan mempengaruhi kesehatan keseluruhan anak-anak dan semua orang, bahwa cahaya biru itu benar-benar pembunuh tidur sungguhan. Tetapi temuan ini menunjukkan itu juga penting untuk melihat perilaku kognitif yang dipicu media sosial seperti FOMO yang mungkin membuat hasil kesehatan ini lebih buruk.
Bahkan orang dewasa dapat merasakan sedikit kehilangan ketika melihat umpan instagram mereka dan banyak penelitian telah menunjukkan hubungan antara perasaan kesepian dan penggunaan media sosial yang berlebihan. Kenyataannya, meskipun saat ini kita memiliki berbagai cara untuk berhubungan dengan satu sama lain, persentase orang Amerika yang merasa kesepian telah meningkat dari 20 persen pada 1980-an menjadi 40 persen di masa sekarang.
Solusi yang paling mudah adalah mencabut sementara untuk lebih banyak waktu tatap muka dengan teman-teman. Semakin sedikit Anda memeriksa media sosial, semakin sedikit Anda akhirnya peduli. Namun, seperti yang banyak orang tua katakan kepada Anda, sekadar mengambil smartphone sebelum tidur mungkin akan menggerakkan lebih banyak keburukan daripada nilai baiknya tergantung pada usia anak-anak Anda.
Tetapi tidak peduli berapa pun usia mereka, anak-anak di setiap usia dapat memperoleh manfaat dari pandangan yang segar tentang peran teknologi dalam kehidupan mereka, sama seperti yang dewasa ini kita juga terus berusaha. Pelatih kesehatan yang bersertifikat, Erin Seales Basile, mengatakan salah satu cara terbaik untuk membiasakan perasaan FOMO yang datang dengan media sosial adalah praktik kesadaran.
Bantu anak-anak Anda belajar untuk hadir di lingkungan mereka sendiri dan menghargai keberadaan mereka, yang dapat membantu melumpuhkan perasaan rumput lebih hijau di layar ponsel.
“Jika Anda merasa kesepian, maka ambil langkah untuk meningkatkan hubungan Anda,” kata Elizabeth Lombardo, Ph.D., penulis buku Better Than Perfect: 7 Strategi untuk Menghancurkan Kritik Batin Anda dan Menciptakan Kehidupan yang Anda Cintai, seperti yang dilansir melalui Mindbodygreen.
Bonusnya tentu saja adalah dengan membangun hubungan yang sehat dengan media sosial, anak-anak tidak hanya akan menemukan keseimbangan yang lebih dalam persahabatan mereka, tetapi mereka juga akan mengaduk perasaan FOMO, yang berarti mereka tidak kesulitan untuk tidur.