Senin 08 Oct 2018 08:57 WIB

Studi Temukan Pelukan Berikan Efek Baik di Kondisi Buruk

Sentuhan fisik dapat mendorong perubahan fisiologis yang menguntungkan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Ibu memeluk putranya.
Foto: Pixabay/Ast25rulos
Ibu memeluk putranya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelukan sudah lama dianggap sebagai bentuk penguatan satu dengan yang lain. Kegiatan itu sudah teruji valid dapat bermanfaat dari hasil penelitian yang diterbitkan PLOS One.

Penelitian baru itu menyatakan, pelukan dapat memiliki dampak yang terukur pada suasana hati dan stres setelah konflik sosial. Sikap itu tampaknya meningkatkan perasaan positif dan mengurangi perasaan negatif pada hari-hari ketika orang mengalami masalah dalam suatu hubungan.

Baca Juga

“Perilaku yang sangat sederhana dan lugas, memeluk mungkin menjadi cara yang efektif untuk mendukung pria dan wanita yang mengalami konflik dalam hubungan mereka,” ujar rekan penulis Michael Murphy, dikutip Time.

Untuk penelitian tersebut, peneliti pasca-doktoral di Laboratorium Universitas Carnegie Mellon untuk Studi Stres, Imunitas, dan Penyakit mewawancarai 404 orang dewasa melalui telepon setiap malam selama dua pekan. Setiap orang ditanya tentang suasana hati, apakah mereka pernah mengalami konflik dan apakah mereka telah menerima pelukan hari itu, di antara pertanyaan lain. Setiap orang juga menjalani pemeriksaan fisik dan mengisi kuesioner tentang kesehatan dan jejaring sosial mereka di awal penelitian.

Pelukan, peneliti menemukan, dikaitkan dengan penanda suasana hari yang positif dan pengurangan yang negatif dalam sebuah hubungan. Ketika keduanya terjadi, orang cenderung melaporkan lebih sedikit merasakan perasaan negatif dan lebih positif daripada pada hari-hari ketika mereka mengalami konflik, namun tidak ada pelukan.

Hasil studi itu terjadi tanpa memandang jenis kelamin, usia, ras, status perkawinan, keseluruhan jumlah interaksi sosial dan suasana hati rata-rata. Bahkan suasana hati yang positif terbawa ke hari berikutnya, meskipun penurunan perasaan negatif lebih terasa pada hari kedua daripada peningkatan positif.

Penelitian juga menunjukkan sentuhan fisik dapat mendorong perubahan fisiologis yang menguntungkan. Pengurangan stres yang berhubungan dengan otak dan aktivitas jantung dan pelepasan hormon oksitosin yang meningkatkan suasana hati didapatkan dari sentuhan fisik.

Namun, beberapa orang memiliki masalah sensitivitas terhadap sentuhan fisik, termasuk pelukan. Penelitian Murphy tidak meneliti bagaimana perbedaan seperti ini memengaruhi reaksi orang untuk berpelukan, namun mereka sedang mengerjakan penelitian lain yang akan memasukkan pertanyaan yang lebih terperinci, seperti apakah pelukan itu secara eksplisit diinginkan dan siapa yang memberikannya.

"Pelukan, setidaknya di antara orang-orang dekat, mungkin merupakan cara yang sederhana, lugas, dan efektif untuk menunjukkan dukungan kepada seseorang yang Anda sayangi tentang siapa yang mengalami konflik dengan suatu hubungan dalam hidup mereka," kata Murphy.

Murphy mengatakan ada masalah lain yang saling bertentangan di area pemberian dukungan ini. Di satu sisi, penelitian telah menemukan orang yang melihat jaringan sosial mereka untuk mencintai dan mendukung cenderung lebih baik di bawah tekanan. Namun, secara paradoks, penelitian lain menemukan ketika orang benar-benar menerima dukungan sosial dari teman atau anggota keluarga, itu dapat memperburuk keadaan.

Hal tersebut terjadi mungkin karena orang kembali ke perilaku kontraproduktif, seperti memberikan nasihat yang tidak diminta, atau langsung melompat ke pemecahan masalah, ketimbang mendukung orang yang mereka cintai. Secara tidak sengaja, kata Murphy, membuat orang yang mendapatkan masalah merasa tidak kompeten atau dikritik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement