Kamis 11 Oct 2018 15:57 WIB

Kesadaran Masyarakat Periksa Mata Masih Rendah

Cegah kerusakan mata lebih lanjut sejak dini

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Anak sakit mata (Ilustrasi)
Anak sakit mata (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Hari Penglihatan Sedunia diperingati setiap Kamis pekan kedua Oktober yang merupakan bagian dari program Vision 2020 yang dicanangkan WHO (Badan Kesehatan Dunia). Tema tahun ini adalah 'Eye Care Everyware'.

Tema ini dimaksudkan agar setiap orang di setiap tempat dapat mengakses pelayanan kesehatan mata untuk memiliki mata sehat. Wakil Direktur Pelayanan Medik RS Mata Dr Yap yogyakarta, Rastri Paramita, menjelaskan tema tersebut juga memiliki makna bahwa dalam mencegah kebutaan dan kelainan mata tidak hanya dilakukan di rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan.

"Namun dapat dilakukan di mana saja sebagai bentuk upaya preventif terhadap kebutaan yang dapat dicegah karena kelainan refraksi, komplikasi penyakit diabetes mellitus di mata, glaukoma, kelanan/penyakit pada kornea," ujarnya, dalam jumpa pers dalam rangka Peringatan Hari Penglihatan Sedunia, di ruang pertemuan RS Mata Dr Yap.

Rastri menambahkan kasus retinopati diabetik dan glaukoma di RS Mata Dr Yap adalah yang paling tinggi dan selalu bergantian, misalnya bulan ini kasus retinopati diabetik tertinggi dan bulan lalu kasus glaukoma yang tertinggi. 

"Sekarang anak-anak yang menderita glaukoma juga semakin  banyak, karena awalnya menderita konjungtivitis mata merah karena (alergi) diobati sendiri pakai steroid  yang tidak terkendali, akhirnya anak-anak terkena glaukoma," kata dia.

Menurutnya, dulu, penderita diabetes mellitus rata-rata di atas 50 tahun, sekarang usia 40 tahun sudah menderita  diabetes. "Mereka yang sakit diabetes lebih dari 10 tahun kebanyakan menderita retinopati diabetik,” ujarnya.

Karena itu apabila seseorang menderita diabetes, saran dr Mita (red. panggilan akrab Rastri Paramita) dan terdiagnosa komplikasi penyakit diabetes melitus di mata (red.retinopati diabetik) ringan, maka harus periksa lagi enam bulan kemudian.

Tetapi apabila terdiagnosa retinopati diabetik agak berat, maka perlu periksa tiga bulan lagi. Adapun jika saat diperiksa sudah mengalami komplikasi diabetes di mata berat maka pemeriksaan dilakukan sebulan kemudian.

Ketua Pengurus Bank Mata DIY  Prof Suhardjo juga menguraikan beberapa penyakit katastropik yang berkaitan dengan mata seperti retinopati diabetik, glaukoma, dan myopia tinggi semakin meningkat dan semakin muda penderitanya.

“Penyakit katastropik itu menimbulkan biaya besar yang menimbulkan bencana karena semakin meningkat jumlahnya,” kata Prof Suhardjo.

Namun demikian, ia mengakui bahwa kesadaran masyraakat untuk melakukan pencegahan dan memeriksakan kesehatan mata sejak dini masih rendah. Sehingga kasus penyakit mata cukup tinggi.

Ia memberi contoh  pada usia muda prevalensi kelainan refraksi mencapai 48,1 persen. Kelainan refraksi yang sering ditemukan pada usia remaja atau dewasa muda adalah myopia. Myopia yang tidak terkoreksi menyebabkan turunnya produktivitas.

"Karena itu, kita harus peduli, cegah kerusakan mata lebih lanjut sejak dini," saran Spesialia dr Mata di RSUP Dr Sardjito dan RS Mata Dr Yap ini.

Ditambahkan, kelainan mata lain yang menyebabkan kerusakan ireveesibel yaitu glaukoma menunjukkan precalensi sebesar 2,53 persen menurut Riskesdas 2008.

Selanjutnya ketua panitia  World Sight Day (WSD) RS Mata Dr Yap Mufida Dwi Nurhayati mengatakan ada berbagai kegiatan dalam rangka WSD 2018 yang diselenggarakan  RS Mata Dr Yap dan Bank Mata pada 28 Oktober.

Di antaranya walking in the dark, senam sehat, pemeriksaan gula darah dan mata gratis, serta edukasi pencegahan masalah kesehatan mata.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement