REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian, yang dilakukan oleh Fernando Dominguez, MD, PhD, dari Pusat Nasional Spanyol untuk Penelitian Kardiovaskular, memantau kualitas tidur dan kuantitas 3.974 orang dewasa yang sehat, setengah baya selama tujuh hari. Penelitian menggunakan teknologi ultrasound untuk menilai arteri kaki dan leher pasien serta membagi mereka menjadi lima kelompok berdasarkan lama waktu tidur mereka.
Para peneliti menemukan bahwa orang yang tidur sangat pendek memiliki lebih banyak atherosclerosis, atau pengerasan arteri, dibandingkan mereka yang mendapat tujuh sampai delapan jam.
Meskipun penelitian ini menunjukkan hubungan yang mungkin antara tidur dan kesehatan arteri, Alan Ackermann, DO, FACC, TopLine, dokter ahli jantung MD berpraktik di Aventura, Florida, bukan berarti waktu tidur yang spesifik menyebabkan efek kesehatan arteri. Ackermann mengatakan, jenis aterosklerosis yang dilaporkan tidak ditemukan di arteri koroner yang memasok darah ke jantung.
Dr Ackermann juga mencatat bahwa sebagian besar individu yang tidur paling sedikit memiliki insiden sindrom metabolik yang lebih tinggi, yang sudah dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Para partisipan studi mungkin juga memiliki insidensi sleep apnea yang lebih tinggi, kondisi lain yang merupakan faktor risiko yang dicurigai untuk penyakit kardiovaskular, menurut Dr Ackermann.
Kebiasaan tidur yang buruk karena alasan apapun dapat memiliki dampak negatif dan seperti bola salju pada tubuh secara umum. Dr Ackermann mengatakan bahwa tidur yang buruk dapat meningkatkan risiko untuk mengembangkan resistensi insulin dan diabetes atau obesitas dalam jangka panjang.
Keduanya merupakan kontributor utama penyakit kardiovaskular. Intinya, pnelitian lebih lanjut diperlukan ke dalam hubungan khusus antara tidur dan arteri. Dr Ackermann mengatakan, bagaimanapun tidur malam yang nyenyak selalu merupakan ide yang baik untuk kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.