Selasa 16 Oct 2018 05:45 WIB

Bahaya Meminum Obat Tidur

Penggunaan obat tidur jangka panjang memiliki efek samping yang serius.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Tidur (ilustrasi)
Foto: Boldsky
Tidur (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang yang berjuang untuk dapat tidur lelap di malam hari. Sebagian dari mereka meminum obat untuk membantu, padahal itu dapat membuat kondisi kesehatan dalam keadaan bahaya.

Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan dalam American Journal of Geriatric Psychiatry menemukan kira-kira satu dari tiga orang dewasa yang berusia 65 hingga 80 tahun menggunakan obat-obatan ini setidaknya sesekali untuk tertidur. Obat-obatan OTC seperti Benadryl dan Tylenol PM adalah pil pilihan untuk lansia yang tidak bisa tidur.

Para ahli mengatakan, kondisi tersebut begitu memprihatinkan karena sejumlah alasan. Penelitian telah mengaitkan penggunaan obat tidur OTC reguler dan jangka panjang untuk beberapa efek samping yang serius.

“Banyak alat bantu tidur OTC, seperti Benadryl dan Tylenol PM, mengandung diphenhydramine,” kata penulis penelitian terbaru dan asisten profesor psikiatri di Michigan Medicine Donovan Maust, dikutip dari Time, Selasa (16/10).

Diphenhydramine adalah obat antikolinergik. Maust menjelaskan, itu artinya, obat tersebut memblokir aktivitas kimia otak yang disebut asetilkolin, yang memainkan peran dalam aktivasi otot dan juga dalam fungsi otak seperti kewaspadaan, belajar dan memori.

Sebagai akibat dari efek pemblokiran ini, obat OTC ini dapat menyebabkan sembelit, kebingungan dan efek samping lainnya dan mempengaruhi orang dewasa yang lebih tua. Untuk alasan ini, American Geriatric Society telah menganggap obat-obatan ini umumnya tidak boleh dikonsumsi untuk para manula.

Apoteker klinis dengan Departemen Urusan Veteran AS Sistem Kesehatan New York New York Jennifer Schroeck mencontohkan, pada pria dengan kondisi prostat, obat antikolinergik dapat menyebabkan retensi urin, atau masalah yang sepenuhnya mengosongkan kandung kemih. Seorang pria yang mengalami masalah ini dan tidak jujur tentang penggunaan obat tidur mungkin diresepkan obat baru untuk mengobati masalah kandung kemihnya, sehingga akan memberikan efek samping yang lain.

“Obat baru itu mungkin memiliki efek samping juga, jadi ada hal lain yang ditambahkan untuk mengaturnya,” kata rekan penulis ulasan tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Therapeutics.

Ada juga kekhawatiran tentang risiko lain yang lebih serius yang terkait dengan obat-obatan OTC ini. Penggunaan jangka panjang tampaknya meningkatkan risiko demensia dan semakin banyak digunakan, semakin besar risikonya.

“Pertanyaan sebenarnya adalah, mengapa Anda tidak tidur?” Kata Schroeck.

Banyak orang dewasa yang lebih tua mengonsumsi pil tidur karena rasa sakit, masalah saraf atau masalah kesehatan lainnya. Bagi orang-orang ini, pil tidur menjadi jalan pintas ketimbang mengonsumsi obat sesungguhnya yang bisa mengatasi masalah utama.

Bahkan untuk orang yang lebih muda yang tidak dapat tidur karena stres, masalah keuangan atau sumber kecemasan lainnya yang lebih sulit diobati. Sehingga, pil tidur adalah solusi yang buruk.

"Terapi perilaku kognitif harus selalu menjadi lini pertama pengobatan," kata Schroeck.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement