REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Diskriminasi dapat menyakiti seseorang secara emosional, sosial, dan ekonomi. Lalu bagaimana dengan bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap kesehatan fisik kita?
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam Annals of Behavioral Medicine, para peneliti memeriksa apakah paparan wanita terhadap diskriminasi sehari-hari dapat memprediksi risiko penyakit kardiovaskular.
Mereka melihat ke dalam data yang ada dari Studi Kesehatan Perempuan di Seluruh Bangsa, memeriksa tanggapan dari lebih dari 2.100 wanita yang diidentifikasi sebagai putih, hitam, Cina, Jepang, dan Hispanik. Studi tersebut meminta para wanita untuk mendeskripsikan pengalaman sehari-hari mereka dengan diskriminasi. Hal tersebut termasuk diperlakukan dengan kurang sopan dibandingkan yang lain, menerima layanan yang lebih buruk daripada yang lain, atau membuat orang mengabaikannya atau bertindak seolah tidak ada di sana.
Mereka menilai frekuensi pengalaman mereka dalam skala sering, kadang, jarang, atau tidak pernah. Sementara itu, studi juga melacak tekanan darah wanita, status hipertensi, lingkar pinggang, dan indeks massa tubuh (BMI). Para peneliti menindaklanjuti dengan para wanita ini setiap tahun selama lebih dari satu dekade.
Hasilnya wanita yang secara teratur melaporkan paparan diskriminasi setidaknya kadang-kadang atau sering lebih mungkin mengalami peningkatan lemak tubuh dan tekanan darah tinggi dari waktu ke waktu. Yang menarik, tidak ada variasi dalam hubungan antara diskriminasi dan peningkatan tekanan darah ketika menyangkut ras atau etnis, yang menunjukkan bahwa pengalaman perempuan dalam diskriminasi merugikan kesehatan mereka tanpa memandang ras.
Namun, perempuan kulit hitam melaporkan tingkat tertinggi paparan diskriminasi sehari-hari, yang mengakibatkan lingkar pinggang tertinggi, BMI, dan risiko hipertensi. Temuan ini menambah semakin banyak penelitian yang menunjukkan diskriminasi benar-benar merugikan orang dengan cara yang melampaui, menimbulkan tekanan emosional dan menjaga korbannya di tempat yang lebih rendah di masyarakat.
Selain dampak negatif pada kesehatan kardiovaskular, diskriminasi telah dikaitkan dengan tingkat diabetes yang lebih tinggi, masalah pernapasan, gangguan tidur, kelelahan siang hari, dan depresi. Satu penjelasan yang mungkin adalah stres, beberapa penelitian menunjukkan.
Setiap kali kita di diskriminasi, kita meningkatan rasa takut, kecemasan, dan daftar yang harus dikerjakan terus-menerus. Stres kronis, yang melepaskan jumlah hormon kortisol yang tidak sehat ke dalam tubuh, bisa sangat beracun.
“Ketika kortisol tidak seimbang, itu dapat menyebabkan kenaikan berat badan, libido rendah, sakit kepala, kecemasan, depresi, energi rendah, insomnia, masalah gula darah, melewatkan periode menstruasi, infertilitas, masalah usus, osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular,” jelas Dr. Serena Goldstein, ND seperti yang dilansir melalui Mindbodygreen.