Kamis 01 Nov 2018 03:47 WIB

Minuman Karbonasi dan Daging Olahan Picu Peradangan Ginjal

Pencegahan gagal ginjal bisa dilakukan dengan pola makan sehat.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Minuman soda diet
Foto: flickr
Minuman soda diet

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gaya hidup sehat memang sudah saatnya digaungkan lebih kencang lagi. Penelitian terbaru menambah daftar berbahaya dari gaya hidup yang buruk. Studi itu menyatakan, konsumsi daging olahan dan minuman berkarbonasi bisa memicu penyakit ginjal kronis.

Temuan yang dipresentasikan pada ASN Kidney Week 2018 pada 23-28 Oktober di San Diego Convention Center menunjukkan, diet yang memanfaatkan makanan dan minuman tersebut berkontribusi terhadap peradangan terkait dengan risiko penyakit ginjal kronis yang lebih tinggi. Untuk menemukan hasil tersebut, tim peneliti mempelajari sampel nasional dari 1.084 orang dewasa dengan ginjal kronis.

Baca Juga

"Temuan ini memiliki implikasi untuk pencegahan gagal ginjal menggunakan pendekatan diet dengan potensi peradangan rendah," kata penulis utama Tanushree Banerjee, dari University of California-San Fransisco, dikutip dari Indian Express.

Makanan yang secara positif terkait dengan konsentrasi penanda peradangan tidak hanya minuman berkarbonasi dan daging olahan saja. Beberapa jenis makanan pun memiliki efek yang sama, termasuk tomat, sayuran selain sayuran hijau dan kuning gelap, daging merah, daging organ, dan ikan selain daging ikan gelap.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, tim menemukan 11,1 persen peserta mengembangkan gagal ginjal selama 14 tahun masa tindak lanjut. "Intervensi gizi yang berfokus pada pengurangan aspek peradangan dari diet harus diuji untuk menghentikan perkembangan ginjal kronis," ujar Banerjee.

Penelitian sebelumnya yang diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE, menyoroti udara yang tercemar juga dapat meningkatkan risiko ginjal kronis yang terjadi ketika ginjal seseorang rusak atau tidak dapat menyaring darah dengan benar. Studi ini menunjukkan orang dengan diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi atau penyakit jantung berada pada peningkatan risiko mengembangkan ginjal kronis.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement