REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Riset terkini mengungkap bahwa kematian akibat kanker kulit di kalangan pria meningkat di sejumlah negara. Sejak 1985, kanker kulit lebih banyak menyerang hingga menyebabkan kematian pada pasien laki-laki daripada perempuan.
Belum diketahui alasan pasti terkait hal tersebut. Kendati demikian, salah satu bukti menunjukkan bahwa laki-laki cenderung kurang melindungi diri dari sinar matahari serta tidak mengindahkan peringatan kesehatan.
Lebih dari 90 persen kasus kanker kulit atau melanoma disebabkan oleh kerusakan sel kulit. Pemicu umumnya adalah paparan sinar matahari atau sumber radiasi ultraviolet (UV) lain seperti tanning bed alias alat yang menjadikan kulit menjadi kecokelatan.
Pemimpin studi, Dorothy Yang, telah mempresentasikan temuan pada Konferensi Riset Kanker Nasional 2018 di Inggris. Pada delapan dari 18 negara yang diteliti, tingkat kematian pria akibat kanker kulit meningkat 50 persen selama tiga dekade terakhir.
Dokter di Royal Free London NHS Foundation Trust London, Inggris, itu menyebutkan, peningkatan terdata dua kali lipat di Irlandia dan Kroasia. Lonjakan tajam lain ada di Spanyol dan Inggris (70 persen), Belanda (60 persen), serta Prancis dan Belgia (50 persen).
Sebaliknya, data di sejumlah negara menunjukkan angka kematian perempuan akibat kanker kulit menurun selama periode yang sama. Beberapa di antaranya adalah Austria (9 persen), Republik Ceko (16 persen), dan Israel (23 persen).
Dari sederet negara tersebut, Jepang sejauh ini memiliki angka kematian akibat melanoma yang paling rendah. Skala kematian akibat kanker tersebut pada pria dan wanita masing-masing adalah 0,24 dan 0,18 per 100 ribu orang.
"Kami tengah menyelidiki apakah faktor biologis atau genetik juga memainkan peran dalam terjangkitnya kanker kulit, yang sejauh ini belum dapat disimpulkan," kata Yang, dikutip dari laman Malay Mail.