Jumat 16 Nov 2018 07:05 WIB

Gemar Swafoto? Bisa Jadi Anda Narsistik

Narsistik merupakan salah satu bentuk gangguan kepribadian.

Rep: Santi Sopia/ Red: Ani Nursalikah
Seorang warga berswafoto dengan latar belakang jembatan Ponulele yang ambruk di pantai Talise, Palu Sulawesi Tengah, Selasa (16/10).
Foto: Republika/Darmawan
Seorang warga berswafoto dengan latar belakang jembatan Ponulele yang ambruk di pantai Talise, Palu Sulawesi Tengah, Selasa (16/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum urban pastinya tahu swafoto yang kian tak terpisahkan dari gaya hidup. Hasil swafoto juga seringkali diunggah ke akun media sosial.

Namun, penyuka swafoto rupanya perlu waspada. Terlalu sering swafoto ini, menurut penelitian, kemungkinan adalah gangguan kepribadian yang disebut narsistik.

"Anda mungkin berpikir mengambil banyak foto narsis hanyalah cara lain untuk berbagi, tetapi sebuah studi baru menunjukkan Anda dapat menuju ke narsisme penuh," tulis laporan Health Day.

Peneliti mengobservasi 74 orang, berusia 18 hingga 34 tahun, selama empat bulan. Mereka yang memasang sejumlah foto dan swafoto di media sosial memiliki rata-rata peningkatan 25 persen dalam sifat narsistik seperti eksibisionisme, rasa hak, dan eksploitasi orang lain.

Peningkatan ini mengakibatkan banyak dari orang-orang ini memenuhi definisi klinis gangguan kepribadian narsistik. Para penulis dari penelitian di Inggris ini mengatakan ada hubungan antara narsisme dan postingan visual di media sosial, seperti Facebook, dan lainnya.

"Tetapi tidak diketahui apakah narsisme menggunakan bentuk media sosial ini lebih banyak, atau apakah menggunakan platform tersebut terkait dengan pertumbuhan berikutnya dalam narsisme," kata pemimpin studi Phil Reed, siapa dengan departemen psikologi di Swansea University.

Hasil penelitian ini menunjukkan keduanya terjadi, tetapi memposting swafoto dapat meningkatkan narsisisme. Penelitian ini tidak dapat membuktikan memposting banyak foto narsis terkait dengan narsisme.

"Namun, mengambil sampel kami sebagai wakil dari populasi, yang tidak ada alasan untuk meragukan, ini berarti sekitar 20 persen orang mungkin berisiko mengembangkan sifat narsistik seperti yang terkait dengan penggunaan media sosial visual yang berlebihan," kata Reed.

Yang menarik, timnya juga menemukan orang-orang yang mengirim pesan tertulis di media sosial tidak mengalami peningkatan narsisisme. Studi ini dipublikasikan baru-baru ini di Jurnal Open Psychology. The American Psychological Association memiliki lebih banyak penelitian tentang narsisisme.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement