REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ginjal adalah salah satu organ yang penting dalam tubuh manusia. Fungsi ginjal dalam tubuh manusia dapat mengalami gangguan yang membuat organ vital tersebut tidak berjalan dengan normal.
Umumnya gangguan ginjal diketahui menyerang orang dewasa. Namun kini gangguan ginjal juga ditemukan pada anak-anak.
Dokter Spesialis Anak, dr Eka Laksmi Hidayati, Sp.A(K) mengatakan berdasarkan waktu terjadinya gangguan ginjal pada anak terbagi dua, yaitu bawaan sejak lahir dan didapat setelah lahir.
Gangguan ginjal bawaan sejak lahir umumnya ditandai dengan adanya kelainan bentuk ginjal dan saluran kemih. Sedangkan gangguan ginjal yang didapat setelah lahir biasanya ditandai dengan infeksi saluran kemih dan radang ginjal akibat berbagai proses yang bukan infeksi.
Gangguan ginjal pada anak sendiri terbagi dua, yaitu gangguan ginjal akut dan kronik. Gangguan ginjal akut mengarah pada kerusakan secara mendadak dan memiliki waktu yang singkat
“Gangguan ginjal akut dapat sembuh sempurna,” kata dr Eka, dalam acara media briefing “Kenali Gangguan Ginjal pada Anak” di Kementerian Kesehatan RI, beberapa waktu lalu.
Penyebabnya adalah penyumbatan sistem penyaringan ginjal oleh sel darah merah yang hancur, trauma luka bakar, dehidrasi, pendarahan, cidera atau operasi. Sedangkan gangguan ginjal kronik adalah kondisi penurunan fungsi ginjal anak secara bertahap selama kurun waktu tiga bulan atau lebih.
Anak dengan gangguan ginjal kronik akan mengalami penurunan fungsi penyaringan kontrol jumlah air dalam tubuh, serta kadar garam dan kalsium dalam darah. Akibatnya metabolisme yang tidak berguna akan tetap tinggal dan mengendap dalam tubuh anak. Lambat laun akan membahayakan kondisi kesehatan anak.
“Gangguan kronik akan dialami seumur hidup dan tidak bisa lagi ada perbaikan untuk ginjalnya. Harus ada terapi,” ujarnya.
Selanjutnya untuk anak di bawah lima tahun, penyebab terseringnya adalah kelainan kongenital seperti ginjal polikistik dan obstruksi saluran kemih. Sedangkan gangguan ginjal untuk anak di atas lima tahun penyebab terseringnya adalah gangguan pada glomerulus, seperti sindrom nefrotik (kebocoran protein dalam ginjal), nefritis, dan lupus.
Selain itu ada pula gangguan lainnya yang penyebabnya tidak diketahui.
“Karena sampai rumah sakit sudah dalam keadaan gagal ginjal terminal (berat). Pada saat itu kami sudah sulit menelusuri penyebabnya apa,” katanya.
Gangguan ginjal kronik memerlukan terapi pengganti ginjal. Yakni cuci darah dan transplantasi ginjal.
Gangguan ginjal, kata dr Eka, juga dapat terjadi pada anak yang sehat. Hal itu bisa saja terjadi karena mengalami dehidrasi sehingga aliran darah ke ginjal berkurang dan menjadi terganggu.