REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah kecanduan seks nyata? Para peneliti mengatakan hal itu mungkin, atau setidaknya sesuatu yang dekat dengannya, dan mungkin lebih umum daripada yang dipikirkan orang.
Peneliti menyebutkan sepuluh persen pria dan tujuh persen wanita mengatakan memiliki tingkat stres dan disfungsi yang signifikan karena pikiran atau perilaku seksual mereka.Sebuah survei nasional terhadap lebih dari 2.000 orang dewasa yang ditemukan rata-rata lebih dari 8 persen dari mereka melaporkan gejala gangguan perilaku seksual kompulsif.
Dengan kata lain hal ini adalah pola kegagalan yang terus-menerus dalam mengendalikan dorongan seksual yang intens yang mengarah pada penderitaan dan gangguan sosial.
Janna Dickenson dari University of Minnesota dan rekannya menulis di Journal of American Medical Association's JAMA Network Open menyebut temuan ini pasti amat kontroversial. “Dari Tiger Woods hingga Harvey Weinstein, artikel-artikel berita telah menduga bahwa 'kecanduan seks' adalah sebuah epidemi yang berkembang dan sampai saat ini belum diakui, sementara komunitas ilmiah berdebat apakah masalah seperti itu ada,” tulis dia.
Sebenarnya, menurut Janna tidak sulit untuk mendefinisikan kecanduan seks. Berdasar hasil temuan, mereka yang gagal mengendalikan perasaan dan perilaku seksual kemudian menciptakan gangguan itu sudah cukup disebut kecanduan seks. Terutama, bila perilaku tersebut mengganggu kehidupan normal dalam berbagai cara.
Mereka menggunakan data dari kuesioner nasional yang besar, Survei Kesehatan Seksual dan Perilaku Nasional, untuk melihat bagaimana masalah perilaku seksual yang umum terjadi. "Distress dan gangguan yang terkait dengan kesulitan mengendalikan perasaan seksual, dorongan, dan perilaku diukur menggunakan Inventori Perilaku Seksual Kompulsif," tulis Dickenson dan rekannya.
“Skor 35 atau lebih tinggi pada skala 0 hingga 65 menunjukkan tingkat kesulitan dan gangguan yang relevan secara klinis.” Sejumlah orang mengejutkan mencetak hasil yang tinggi, dan 40 persen dari mereka adalah perempuan. Secara keseluruhan, hanya di bawah sembilan persen orang benar-benar mengalami hal tersebut.
"Perbedaan gender lebih kecil dari teori sebelumnya, dengan 10,3 persen pria dan 7 persen wanita mendukung tingkat kesulitan dan gangguan terkait klinis terkait dengan kesulitan mengendalikan perasaan, dorongan, dan perilaku seksual," tulis mereka.
Ia pun menyebut masalah ini membuat masalah perilaku seksual kompulsif lebih umum daripada depresi berat, yang menyerang lima persen orang. "Psikiater harus waspada terhadap tingginya jumlah orang yang merasa tertekan tentang perilaku seksual mereka, hati-hati menilai sifat masalah dalam konteks sosiokulturalnya, dan menemukan perawatan yang sesuai untuk pria dan wanita," tulis mereka.