Kamis 22 Nov 2018 19:34 WIB

Reaksi terhadap Stres Pengaruhi Kesehatan Otak

Sikap reaktif terhadap stres berkolerasi kuat dengan kinerja kognitif yang rendah

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Stres di tempat kerja berujung kematian dini.
Foto: Dailymail
Stres di tempat kerja berujung kematian dini.

REPUBLIKA.CO.ID, CORVALLIS -- Tekanan bisa datang kapan saja dan dari mana saja. Terjebak kemacetan, tenggat waktu pekerjaan yang menghimpit, atau antrean supermarket yang mengular bisa membuat siapa pun mengalami stres ringan.

Hal baru yang diungkap peneliti, reaksi tiap orang menangani stres amat berpengaruh terhadap kesehatan otak. Penelitian dipimpin oleh Robert Stawski, profesor madya dari Universitas Negeri Oregon di Corvallis, Amerika Serikat.

Selama periode 2,5 tahun, Stawski dan rekan-rekannya meneliti bagaimana lansia menanggapi stres beserta dampaknya pada kesehatan kognitif mereka. Terdapat 111 lansia yang dilibatkan, berusia antara 65 sampai 95 tahun.

Hasil penelitian telah diterbitkan dalam jurnal Psychosomatic Medicine. Secara umum, peserta yang merespons stres sehari-hari dengan banyak emosi negatif cenderung menunjukkan fokus mental dan kesehatan otak yang lebih buruk.

Studi turut mengungkapkan kelompok usia mana yang paling terimbas dampak tersebut, yaitu peserta yang berusia 70-an akhir sampai 90-an akhir. Sikap reaktif terhadap stres berkorelasi kuat dengan kinerja kognitif lebih rendah.

Berbeda dengan peserta yang berusia antara akhir 60-an sampai pertengahan 70-an. Peneliti berspekulasi, para peserta yang relatif lebih muda masih bisa menerapkan gaya hidup aktif dan kehidupan sosial yang mempertajam fungsi mental.

Stawski mengatakan, lansia dalam tingkat usia yang lebih tua perlu lebih memperhatikan respons emosional terhadap stres sehari-hari. Sebisa mungkin, lakukan kegiatan yang mengurangi stres untuk menjaga kesehatan kognitif.

"Kita semua tidak dapat menyingkirkan stres sehari-hari sepenuhnya, namun terampil mengatasi stres yang bisa terjadi kapan saja akan memberikan manfaat besar untuk otak," ungkap Stawski, dikutip dari laman Medical News Today.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement