Rabu 28 Nov 2018 17:11 WIB

Survei: Belajar di Luar Pekerjaan Bantu Lebih Bahagia

Selain bahagia, para karyawan itu juga lebih produktif, percaya diri, dan tidak stres

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja kantoran. Ilustrasi
Foto: Dailymail
Pekerja kantoran. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak faktor yang menentukan kebahagiaan, khususnya dalam karier yang digeluti. Tapi, menurut penelitian baru dari LinkedIn, ada cara atau sesuatu yang dapat orang kendalikan untuk mencapai keinginan, termasuk kebahagiaan dalam karier.

Faktor itu adalah meluangkan waktu untuk belajar di luar pekerjaan. Jika Anda menghabiskan waktu setidaknya beberapa jam untuk belajar, dijamin Anda akan melihat beberapa hasil yang dramatis.

Survei ini mempertanyakan 2.049 pekerja, termasuk pekerja lepas dan pengusaha, di AS, Inggris, Swedia, Islandia, Denmark, Finlandia, Norwegia, Belanda, Luksemburg, Jerman, Prancis, Australia, India, Singapura, dan Hong Kong.

Belajar ini didefinisikan sebagai mereka yang menghabiskan setidaknya lima jam dalam sepekan, seperti untuk membaca, mengambil kelas, dan menonton kursus daring. Hasilnya, rata-rata mereka lebih bahagia, stres berkurang, lebih produktif, dan lebih percaya diri daripada mereka yang tidak melakukan ini. 

Josh Bersin, analis industri SDM yang mengembangkan survei dalam kemitraan dengan LinkedIn, mengatakan, ada hubungan yang jelas antara waktu yang dihabiskan untuk belajar dan kepuasan karier seseorang. Itu berkaitan dengan prospek karier dan kebahagiaan.

"Orang-orang yang memiliki waktu atau meluangkan waktu untuk mendidik diri mereka artinya sedang meningkatkan kualitas mereka," kata Bersin. Hanya tujuh persen yang masuk kategori pembelajar "berat", yaitu belajar di atas lima jam pekan, tetapi setidaknya 47 persen berhasil masuk ke dalam kelompok "sedang" (satu sampai lima jam), diikuti oleh 46 persen dalam kelompok "ringan".

Bersin mencatat bahwa orang-orang akan punya waktu untuk belajar jika mereka tidak begitu terganggu di tempat kerja melalui e-mail, media sosial, dan pertemuan. Berikut adalah hasil survei untuk pelajar “berat”, dilansir the Ladders.

Sebanyak 74 persen lebih tahu akan dibawa ke mana karier mereka 48 persen lebih tahu untuk menemukan tujuan dalam pekerjaan mereka 47 persen lebih kecil kemungkinannya untuk stres di tempat kerja 39 persen lebih mungkin merasa produktif dan sukses 21 persen lebih mungkin merasa percaya diri dalam pekerjaan mereka 21 persen lebih mungkin untuk senang bekerja.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement