REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembelit atau konstipasi kronis mungkin identik dengan kesulitan untuk buang air besar yang berlangsung hingga berhari-hari. Padahal, buang air besar (BAB) setiap hari pun ternyata bisa dikategorikan sebagai konstipasi kronis bila disertai dengan kriteria tertentu.
"Yang disebut konstipasi kronis, ada dua," papar Dekan Fakultas Kedokteran UI (FKUI) Prof Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH MMB FINASIM FACP di FKUI Salemba, Kamis (6/12).
Pertama, lanjut Ari, seseorang yang buang air besar setiap hari bisa dikatakan menderita konstipasi kronis bila bentuk kotoran yang dikeluarkan seperti kotoran kambing. Biasanya kondisi ini tidak disadari karena masyarakat hanya melihat frekuensi buang air besar tanpa memperhatikan bentuk kotoran yang dikeluarkan.
"Yang bagus itu bentuknya seperti pisang dan dikeluarinnya tidak berkeringat-keringat (perlu tenaga)," lanjut Ari.
Seseorang yang mengeluarkan kotoran dengan bentuk bagus pun bisa dikatakan menderita konstipasi kronis bila frekuensi buang air besarnya sangat jarang. Misalnya hanya buang air besar satu kali seminggu.
"Kotoran normal seperti pisang tapi (BAB) hanya seminggu sekali, itu juga tidak normal," terang Ari.
Ari mengatakan frekuensi normal buang air besar paling lambat adalah dua hari sekali. Frekuensi buang air besar tiga hari sekali sudah dapat dikategorikan tidak normal.
Ari mengungkapkan cukup banyak orang yang melihat konstipasi sebagai masalah sepele. Padalah, buang air besar yang tidak lancar akan membuat kotoran mengendap di dalam usus besar lebih lama. Kondisi ini dapat memicu terjadinya masalah kesehatan pada usus besar.
Berdasarkan penelitian, orang yang mengalami konstipasi kronis berisiko 1,79 kali lebih besar mengalami kanker usus besar atau kanker kolorektal. Orang-orang yang mengalami konstipasi kronis juga berisiko 2,7 kali lebih besar terhadap terbentuknya tumor jinak pada usus besar.
"Buang air besar itu ada tiga hal (yang bisa membantu) konsumsi serat, bergerak (berolahraga) dan minum cairan cukup," pungkas Ari.