Senin 10 Dec 2018 11:09 WIB

Studi Ini Ungkap Penyebab Nyata Insomnia

Studi ini menggunakan resep bantuan tidur sebagai indikator kesulitan tidur.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
insomnia (ilustrasi)
Foto: ap
insomnia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang dewasa menderita susah tidur atau insomnia. Seringkali kondisi itu didorong tanpa alasan yang jelas mengapa mereka sulit terlelap tidur.

Tapi studi tingkat populasi pertama kalinya baru saja memberi petunjuk besar. Para ilmuwan telah melaporkan hubungan yang signifikan antara insomnia pada orang tua dan tingkat polusi cahaya di suatu daerah. Artinya, ini menunjukkan ada hubungan antara cahaya buatan dan seberapa mudah seseorang dapat tidur nyenyak di tahun-tahun mendatang.

Baca Juga

Penelitian baru ini menarik data dari National Health Insurance Service-National Sample Cohort (NHIS-NSC) yang berbasis populasi di Korea Selatan selama 2002-2013. Studi ini menggunakan resep bantuan tidur sebagai indikator kesulitan tidur.

Paparan cahaya direkam dengan data satelit dan dipetakan ke daerah pemukiman. Secara total, data dari 52.027 orang dewasa berusia 60 tahun ke atas digunakan, dengan wanita sekitar 60 persen dari peserta.

Mereka yang berada di daerah yang lebih terpolusi cahaya lebih mungkin mengonsumsi obat-obatan untuk terlelap. Studi ini pun menunjukkan rata-rata mereka lebih mungkin menggunakan obat tidur untuk waktu yang lebih lama dan pada dosis yang lebih tinggi.

"Hasil kami adalah data yang mendukung cahaya di luar ruangan, buatan, malam hari bisa dikaitkan dengan kurang tidur di antara mereka saat berada di dalam rumah," kata salah satu peneliti dari Seoul National University College of Medicine di Korea Selatan Kyoung-bok Min, dikutip dari Science Alert, Senin (10/12).

Tapi, hasil ini tidak membuktikan secara pasti semua polusi cahaya menyebabkan atau memperburuk insomnia. Mungkin ada faktor lain yang bermain juga yang tidak tercakup oleh penelitian ini.

Sebagai contoh, tim menunjukkan lebih banyak polusi cahaya mungkin berarti area yang lebih terbangun sehingga akses yang lebih mudah ke obat tidur. Hal ini mengingat ukuran sampel yang besar sehingga ada hubungan tersebut.

Penelitian sebelumnya menunjukkan kualitas dan durasi tidur sangat penting untuk kesejahteraan untuk semua jenis masalah, dari penuaan kulit hingga kesehatan jantung. Jika tidak cukup tidur, seluruh tubuh akan menderita.

Penelitian yang telah dipublikasikan dalam Journal of Clinical Sleep Medicine ini pun tidak sendirian dalam menghubungkan polusi cahaya dengan masalah kesehatan. Meski cahaya buatan tidak diragukan lagi membantu peradaban, namun saat ini lebih banyak bukti kerusakan yang dihasilkan.

Cahaya dapat menyebabkan gangguan dalam ritme sirkadian atau jam biologis bawaan yang membantu mengetahui kapan waktu untuk istirahat. Menatap ponsel dianggap sebagai salah satu cara cahaya mengganggu pola istirahat tubuh.

Tapi, satu masalah yang tidak dibahas secara rinci adalah bagaimana cahaya luar ruangan ini mempengaruhi tidur di dalam ruangan. Beberapa cahaya mungkin masuk ke dalam ruangan atau banyak cahaya luar membuat orang lebih mungkin menyalakan lampu di dalam ruangan ketika kelihatannya terlalu gelap.

Temuan penelitian mungkin dapat digunakan untuk mengidentifikasi mereka yang berisiko insomnia di masa depan. "Mengingat bukti ilmiah baru-baru ini termasuk hasil kami, pencahayaan luar ruangan yang terang mungkin menjadi faktor risiko baru untuk meresepkan obat hipnotik," kata Min.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement