Selasa 11 Dec 2018 06:05 WIB

Trauma Masa Kecil Berdampak Hingga Dewasa

Ada 3 juta kasus trauma masa kecil dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahun.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Anak kecil yang mengalami kekerasan kerap trauma/ilustrasi.
Anak kecil yang mengalami kekerasan kerap trauma/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsekuensi buruk dari trauma masa kecil tidak hanya berdampak pada kehidupan anak-anak dalam waktu dekat. Namun, dapat memiliki dampak jangka panjang yang parah pada kehidupan dewasanya.

Beberapa penelitian telah menunjukkan masalah serius tentang trauma pada anak-anak. Salah satunya anak yang terpapar stres akibat trauma dalam delapan tahun pertama kehidupannya lebih mungkin mengembangkan gangguan suasana hati, gangguan psikotik dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD) daripada anak-anak yang tidak terkena trauma.

Sebuah data Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan Amerika Serikat menunjukan 3 juta kasus trauma masa kecil dilaporkan di Amerika Serikat setiap tahun. Pada tahun 2009, sekitar 1 juta dari kasus-kasus ini sebanyak 1.770 mengakibatkan kematian seorang anak akibat penganiayaan tersebut.

Terima Kasih Berikan Efek Psikologi Baik

Secara statistik, ini berarti rata-rata lima anak per hari adalah korban penganiayaan fatal. Sekitar 80 persen dari kasus dilaporkan pada anak-anak di bawah usia 4 tahun. Studi retrospektif pada populasi orang dewasa yang mengevaluasi tingkat paparan trauma selama masa kanak-kanak memperkirakan meningkat menjadi 25 hingga 45 persen.

Peningkatan risiko untuk psikopatologi

Ada hubungan penting antara trauma di masa kanak-kanak dan perkembangan psikopatologi. Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak telah diidentifikasi sebagai faktor risiko yang sangat kuat untuk gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan psikotik, hingga Skizofrenia, gangguan kepribadian, penyalahgunaan zat dan gangguan makan.

Selama beberapa dekade terakhir, para peneliti telah menunjukkan trauma di awal kehidupan dapat berdampak kuat dan berpotensi memicu perkembangan penyakit kronis. Selain penyakit mental, korban pelecehan anak lebih rentan untuk mengembangkan alergi dan asma, gangguan autoimun, osteoarthritis, penyakit kardiovaskular dan gangguan metabolisme.

Beberapa karakteristik spesifik lebih sering terjadi pada korban kekerasan pada masa kanak-kanak dan mungkin mempengaruhi perkembangan penyakit kronis. Ini termasuk kualitas tidur yang buruk, peningkatan stres yang dirasakan, berat badan yang tinggi dan jaringan sosial yang kecil. Semua faktor tetsebut telah terbukti meningkatkan peradangan pada korban kekerasan masa kanak-kanak dibandingkan dengan yang tidak.

Secara praktis, intervensi efektif untuk mengurangi tingkat trauma pada anak dapat meningkatkan hasil. Spesialis anak, generalis dan psikiater berada dalam posisi unik untuk membantu remaja meningkatkan kualitas hidup mereka sebagai orang dewasa dengan membantu mengidentifikasi anak-anak yang berisiko.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement