Selasa 11 Dec 2018 11:03 WIB

Agar Jantung Sehat tak Cukup Hanya Olahraga

Paling tidak ada lima faktor pedoman tentang bagaimana merawat kesehatan jantung.

Senam yang diperagakan oleh instruktur dan komunitas jantung sehat RSI Sultan Agung.
Foto: Dokumen
Senam yang diperagakan oleh instruktur dan komunitas jantung sehat RSI Sultan Agung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah studi mengungkapkan melakukan aktivitas olahraga atau fisik selama 30 menit sehari bisa mengurangi risiko terkena penyakit kardiovaskular. Penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah itu menjadi penyebab utama kematian di dunia dengan angka 9,48 juta orang pada 2016.

Tapi olahraga saja tidak cukup. "Dalam menjaga kesehatan jantung itu tidak hanya satu sisi saja, tak hanya dengan berolahraga," ujar Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Esti Nurjadin ketika ditemui di Jakarta.

Paling tidak ada lima faktor yang bisa menjadi pedoman tentang bagaimana merawat kesehatan jantung sejak dini. Yayasan Jantung Indonesia menyebutnya sebagai panca usaha sehat.

"Seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hadapi stress, atasi tekanan darah, dan teratur berolahraga," kata Esti.

Pelopor gaya hidup sehat yang berdiri sejak 1974 itu dulunya terkenal sebagai lembaga yang menangani lansia yang sudah dan yang belum terkena penyakit jantung. Kini di bawah kepemimpinan Esti, YJI ingin meruubah paradigma lama mereka, yaitu dari lansia ke mempromosikan gaya hidup sehat sejak usia dini.

Hal itu bukan tanpa alasan mengingat menerapkan pola hidup sehat di 50 tahun ke atas adalah bisa dibilang sudah terlambat. "Paling baik adalah masuk ke usia sedini mungkin, mungkin generasi milenial dan di bawahnya," kata Esti.

photo

Untuk pertama kalinya pula, tahun ini Yayasan Jantung Indonesia terlibat dengan federasi olahraga untuk mempromosikan gaya hidup sehat, dimulai dari PB PRSI yang pada awal Desember menggelar Kejuaraan Akuatik Indonesia Terbuka IOAC 2018. YJI memberikan jasa pemeriksaan kesehatan gratis, seperti tes gula darah, tekanan darah, dan kolesterol bagi para peserta nomor renang master yang terdiri dari masyarakat umum.

"Mungkin dari situ kami bisa berikan kesadaran kepada masyarakat umum tentang pentingnya menjaga kesehatan jantung dan kardiovaskuler," ungkap Esti.

Kejuaraan akuatik itu tidak hanya diikuti oleh masyarakat umum, tapi juga atlet dari daerah, nasional dan sebagian international. Kebetulan olahraga renang juga dianggap sangat aman bagi masyarakat terutama bagi mereka yang pernah terkena penyakit jantung.

Seorang atlet, yang notabene rutin melakukan kegiatan fisik, pun bisa memiliki risiko tinggi terkena penyakit kardiovaskular jika tidak menjalani gaya hidup sehat. "Karena mungkin yang mereka pikirkan hanya satu sisi, hanya olahraganya saja yang mereka lihat tapi mereka tidak pernah melihat apakah makannya, gizinya bagus, apakah masih merokok, atau apakah punya stres tertentu," kata Esti.

Bisa juga karena mereka sudah merasa sehat dengan rajin berolahraga tapi sebenarnya mereka memiliki kelainan. Jadi harus sekali-kali perlu memeriksakan ke dokter.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement