Selasa 11 Dec 2018 14:27 WIB

Kapan Harus Periksa Jantung ke Dokter?

Penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia.

Ilustrasi Serangan Jantung
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Serangan Jantung

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia (YJI) Esti Nurjadin mengungkapkan seseorang yang berusia 30 tahun harus sudah mulai memeriksakan diri ke dokter. Hal itu dengan catatan tidak ada faktor risiko, seperti keturunan dan berat badan berlebih. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedini mungkin.

"Kalau berat badannya berlebihan sebaiknya sudah harus mulai memeriksakan diri," kata Esti baru-baru ini.

Baca Juga

Atlet dan masyarakat umum yang melakoni olahraga kompetitif pun sebaiknya memeriksakan keadaan jantungnya sekali-kali. "Karena ada juga kasus atlet yang sedang berolahraga meninggal mendadak," kata Esti.

Kalau seseorang memiliki tingkat kolesterol tinggi dan sering pegal di pundak itu salah satu gejala penyakit jantung. Ketika badan pegal berat terkadang orang berpikir hanya perlu pijat.

"Kita tidak menganggap hal itu serius. Sebenarnya ada sinyal-sinyal, salah satunya kolesterol dan darah tinggi," kata Esti.

Kemudian ketika orang mengalami stres atau sedang marah-marah di kantor, tekanan darahnya pasti tinggi. Jika tekanan darah tetap tinggi di luar pekerjaan setelah dicek beberapa kali, maka sebaiknya diperiksakan ke dokter.

Belum lagi mereka yang melampiaskan stres dengan merokok. Selain berbahaya untuk kesehatan paru-paru, merokok juga dapat meningkatkan risiko darah tinggi dan penyakit jantung.

Nikotin yang terkandung di dalam rokok adalah penyebabnya. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun tembakau bersifat adiktif.

Ketika tembakau dibakar, nikotin terserap ke dalam paru-paru dan bisa memasuki aliran darah hingga ke otak, meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, menyempitkan pembuluh darah dan membuat darah lebih mungkin untuk membeku. Saat ini, menurut Kementerian Kesehatan, penyakit jantung menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia.

Ada anggapan pria lebih berisiko terkena penyakit jantung dibandingkan wanita. "Akan tetapi yang paling rentan terkena penyakit jantung adalah wanita yang sudah memasuki masa menopause," ujar Esti.

Wanita yang sudah berhenti siklus menstruasinya mengalami penurunan produksi hormon estrogren yang selama ini bersifat melindungi jantung. Penurunan hormon estrogen juga menyebabkan sulitnya menyeimbangkan kadar kolesterol. Tingginya kolesterol bisa menyebabkan penyumbatan pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko serangan jantung.

"Kami bukan menyuruh ke dokter sebulan sekali, tapi paling tidak sudah punya angka barometer, 'oh saya di sini, jadi kalau tahun depan saya ukur apakah lebih tinggi lagi'," kata Esti.

Menjaga kesehatan dengan berolahraga juga memiliki peran penting untuk kesehatan jantung. Pada dasarnya semua olahraga itu baik untuk kesehatan, namun bagi mereka yang sudah pernah terkena penyakit jantung, Esti menyarankan melakukan olahraga yang aman bagi jantung.

"Sebenarnya paling aman adalah jalan, lalu bersepeda, dan renang. Pokoknya yang sifatnya ketahanan dan konstan. Tidak seperti badminton, tenis, atau sepak bola yang ada lari, ada berhenti, itu membuat jantung tidak baik," kata Esti.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement