Senin 17 Dec 2018 09:21 WIB

Ibu dengan Bayi Laki Lebih Mudah Depresi Pascapersalinan

Depresi pascapersalinan memengaruhi satu dari 500 ibu baru.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ani Nursalikah
Brasil melarang sementara para ibu untuk hamil agar terhindar dari virus zika yang dibawa nyamuk dan dapat mematikan bayi.
Foto: EPA
Brasil melarang sementara para ibu untuk hamil agar terhindar dari virus zika yang dibawa nyamuk dan dapat mematikan bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibu yang melahirkan bayi laki-laki berisiko 71-79 persen mengalami depresi pascapersalinan daripada ibu yang melahirkan bayi perempuan. Ini merupakan hasil studi yang diterbitkan dalam Jurnal Social Science and Medicine.

Depresi pascapersalinan terkait dengan rasa sakit yang dirasakan setelah melahirkan. Penyakit ini memengaruhi satu dari 500 ibu baru.

Baca Juga

"Depresi pascapersalinan bisa dihindari dengan memberi ibu dukungan dan bantuan ekstra beberapa pekan hingga beberapa bulan pertama setelah melahirkan," kata penulis studi, Sarah Johns, dilansir di Essential Baby, Senin (17/12).

Johns dan rekannya, Sarah Myers menguji apakah jenis kelamin bayi memengaruhi depresi pascapersalinan. Ini karena penelitian sebelumnya membuktikan hamil bayi laki-laki meningkatkan risiko peradangan.

Analisis jaringan plasenta juga menunjukkan ibu dengan janin laki-laki merespons peradangan lebih kuat dibanding ibu dengan janin perempuan. Peneliti melibatkan 296 wanita dengan total 651 kelahiran.

Kesimpulannya, depresi pascapersalinan meningkat 166 persen ketika ibu melahirkan bayi laki-laki lewat persalinan rumit. Pemulihan bagi ibu yang melalui proses persalinan rumit bahkan lebih lama, hingga 151-168 persen. Bayi laki-laki meningkatkan risiko preeklampsia dan diabetes gestasional.

Faktor lain yang menyebabkan depresi pascapersalinan adalah kekecewaan gender. Psikolog dan Direktur Centre of Perinatal Excellence, Nicole Highet mengatakan ada kasus di mana pasangan kecewa karena tidak mendapatkan jenis kelamin bayi yang diinginkan.

"Terutama jika mereka sebelumnya sudah memiliki anak pertama laki-laki atau perempuan, kemudian kembali memiliki bayi berjenis kelamin sama," kata Highet.

Highet mengatakan suami, keluarga, dan profesional kesehatan perlu secara aktif mengambil langkah membantu pemulihan ibu yang berpotensi mengalami trauma pascapersalinan untuk mengurangi kemungkinan depresi.

Skrining juga penting untuk mengidentifikasi wanita yang berpotensi mengembangkan masalah kesehatan emosional dan mental untuk mencegah timbulnya penyakit kemudian hari. "Studi ini menyoroti deteksi dini dapat membantu mencegah kondisi tak diinginkan, atau mengutamakan intervensi dini," kata Highet.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement