REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL) yang melebihi batas harian dan terus berulang, bisa berpotensi menimbulkan Penyakit Tidak Menular (PTM). Ibu bisa menyiasatinya dengan makanan yang dimasak di rumah.
Dokter Prima Yosephine, MKM, Kepala Subdit Diabetes Melitus dan Gangguan Metabolik, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI mengatakan setiap makanan sebetulnya sudah mengandung kadar gula. Jadi sebetulnya masakan tidak perlu ditambah gula.
"Ibu-ibu yang saya tahu caranya menghindari MSG biasanya menambahkan gula sedikit untuk mengubah rasa gurih yang didapat dari MSG. Kembali lagi sebetulnya harus dihitung," kata dia, di Jakarta.
Konsumsi GGL yang dianjurkan pemerintah tercantum pada Permenkes Nomor 63 Tahun 2005 yang menyampaikan berapa banyak sebaiknya dalam sehari. Anjuran ini dikenal dengam sebutan G4G1L5. Artinya, konsumsi gula 50 gram atau empat sendok makan per hari. Garam lima gram atau satu sendok teh, dan lemak kurang lebih lima sendok makan.
"Lebin aman masak tidak pakai garam. Di luar negeri kenapa garam ditaruh di meja, karena satu sendok teh garam tadi, harusnya begitu, memang sehari-hari sulit, kadang-kadang tidak keburu. Nah makanan yang sudah jadi kita tidak tahu kadarnya kan, sekarang kita batasi saja, hindarkan," ujarnya.
Pada kemasan siap saji, biasanya ada pencantuman informasi berapa kandungan GGL. Namun untuk tahun 2019, akan ditambahkan pesan kesehatan, jika konsumsi GGL berlebih akan berisiko impotensi, strok, diabetes melitus, serangan jantung.
"Yang digoreng juga hindari. Kita juga kumpulkan pedagang-pedagang, usaha sosialisasikan. Pelan-pelan bisa dikurangi, garam gula taruh di meja saja. Tidak terlalu ekstrem bisa, tapi yang penting hindarilah jangan terlalu banyak asin, manis," tambahnya.