REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Bedah dan Ahli Kanker Saluran Cerna RS Kanker Dharmais dr Fajar Firsyada mengungkapkan bahwa baru-baru ini dia mendapatkan kasus kanker lambung stadium 4 pada pasien anak yang berusia 13 tahun. Dalam dua tahun terakhir ini, pasien tidak mau makan bila tidak makan mi instan. Pasien juga tidak ada riwayat kanker dari keluarganya.
"Begitu ditanya pola makan, ternyata makanan tersebut menjadi penyebabnya," terang dr. Fajar saat dijumpai dalam acara Cancer Information and Support Center (CISC) di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, sel normal dapat berubah menjadi sel kanker itu karena sel tersebut kontak dengan bahan asing yang bersifat karsinogenik atau memicu sel kanker. Ini bisa muncul dalam tempo yang lama dan jumlah yang besar.
"Makan mi instan itu bukan perkara barangnya, tapi pada zat yang berkumpul di lambung. Zat yang bersifat karsinogenik itulah yang memicu kanker dan peribahasa . Jadi, sangat disarankan tidak terlalu sering mengonsumsi mi. Apalagi, sekarang ini mi dibuat versi besar," ujar dr Fajar.
Ia menegaskan, bukan berarti mengonsumsi mi instan itu membuat kanker. Namun berdasarkan hasil penelitian itu makanan yang diawetkan dalam waktu yang lama itu meningkatkan risiko terjadinya kanker di saluran cerna dari lambung sampai usus.
"Kalau pun ada tambahan sayuran dalam penyajian mi instan itu seperti sawi atau pokcoy tidak berpengaruh. Solusinya, kita harus mengendalikan konsumsi makanan yang diawetkan, daging merah, daging olahan seperti patty burger, nugget, juga makanan yang serba dibakar dengan arang. Sebab, arang sendiri itu bersifat karsinogenik," ungkap dr Fajar.