REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengonsumsi suplemen gizi dianggap sebagai langkah cerdas dalam persiapan melawan selesma (batuk, mata berair, sakit tenggorokan, hidung meler, dan bersin). Namun, para ahli gizi tidak menyetujui hal tersebut.
Suplemen gizi dapat diperoleh dengan mudah dan hadir dalam berbagai bentuk, baik sebagai tablet yang mudah dilarutkan dalam air, pil, kapsul, cairan, maupun bubuk. Namun, apakah perlu benar-benar diperlukan untuk tetap sehat dan merasa baik?
Dikutip dari DPA, Rabu (2/1), ahli gizi menyatakan tidak. Menurut juru bicara German Nutrition Society (DGE) Antje Gahl, orang sehat yang tidak terlindungi dengan baik dari penyakit dapat mengonsumsi suplemen sejenis itu. Diet seimbang umumnya menyediakan semua nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
Namun, bagaimana jika diet Anda tidak seimbang? Dapatkah suplemen gizi membantu? Sekali lagi, tidak. Suplemen bukanlah pengganti untuk diet seimbang.
"Suplemen gizi bukan pengganti nutrisi," ujar juru bicara Germany's Federal Office for Agriculture and Food Harald Seitz dengan tegas.
Jika Anda makan paprika, misalnya, Anda mendapat lebih dari sekadar vitamin C. Selain itu, paprika mengandung asam folat, vitamin B kompleks, magnesium, zat besi, serta zat tanaman sekunder. Konsumen tidak perlu khawatir buah dan sayuran saat ini tidak lagi memiliki nutrisi yang cukup.
"Jika Anda makan berbagai variasi makanan segar, Anda akan mendapatkan nutrisi," ujar Seitz.
Pengecualian untuk aturan ini ditujukan pada orang lanjut usia yang tidak lagi keluar rumah, perempuan hamil atau menyusui, dan bayi. Intoleransi makanan, diet vegan, dan penyakit-penyakit tertentu juga dapat mengonsumsi suplemen gizi.