REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Akan menjadi hal yang sulit jika menyembunyikan perasaan jika diri kita berada dalam tingkat stres yang tinggi. Terlebih perasaan yang ditunjukkan oleh tanda-tanda fisik seperti otot yang tegang, sakit kepala, dan gigi yang gemeratak sehingga perasaan semakin sulit disembunyikan.
Penelitian terbaru yang dirilis Akademi Sains Nasional seperti dilansir Her menyebutkan terdapat turunan gen yang menunjukkan orang yang mudah stres berbicara lebih sedikit, namun sering menyebutkan adverbia (keterangan) dan ajektifa (kata sifat).
Penelitian yang dilakuan para ahli dari Carneige Mellon University di Pennsyvania, University of California Los Angeles, dan University of Arizona Tucson menemukan orang yang mudah stres memiliki pola pemakaian kosaata yang serupa.
Dalam 143 relawan warga negara AS, suara mereka direkam setiap beberapa menit sekali dalam dua hari. Salah satu peneliti, Prof Matthias Mehl menganalisa pola kosakata yang digunakan relawan dan mengkomparasinya dengan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian tersebut, disimpulkan relawan yang memiliki tingkat stres rendah menggunakan kosakata yang beragam. Sedangkan mereka yang memiliki tingkat stres tinggi seringkali mengucapkan kata 'benar-benar' dan 'sangat'.
Selain itu, orang dengan tingkat stres tinggi acap menggunakan kosakata sudut pandang ketiga seperti 'mereka'. Menurut Mehl, kosakata yang digunakan berulang-ulang menunjukkan kondisi emosional yang tidak stabil.
"Kosakata tersebut digunakan karena mereka merasa terancam, karena itu mereka menggunakan kosakata dengan kata keterangan dan fokus terhadap orang lain," ujar dia.