Selasa 15 Jan 2019 12:12 WIB

Korban Bullying dan Pelecehan Memiliki Kualitas Hidup Rendah

Mereka mirip dengan orang yang hidup dengan kondisi kesehatan kronis.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Stop Bullying
Foto: Foto : MgRol_92
Ilustrasi Stop Bullying

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut sebuah studi baru di Australia yang diterbitkan dalam jurnal BMC Public Health, korban pelecehan seksual dan perundungan (bullying) cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih rendah. Kondisi mereka mirip dengan orang yang hidup dengan kondisi kronis seperti penyakit jantung, diabetes, depresi atau kecemasan berat.

Mereka juga dapat berperilaku berbahaya seperti merokok dan makan berlebihan. Para peneliti dari University of Adelaide mengevaluasi sekitar 3.000 warga Australia Selatan yang ikut dalam wawancara tatap muka. Peneliti mengukur usia serangan, durasi intimidasi, dan kekerasan seksual. Studi ini termasuk peserta dari segala usia, pengaturan perkotaan dan pedesaan, dan tingkat sosial ekonomi yang tinggal di Australia Selatan.

Baca Juga

"Di Australia hampir setengah dari semua orang dewasa pernah mengalami intimidasi dan 10 persen mengalami beberapa bentuk pelecehan seksual. Pengalaman ini memiliki efek jangka panjang pada perilaku berbahaya, depresi, dan kualitas hidup," kata David Gonzalez-Chica dari Fakultas Kedokteran Universitas Adelaide dilansir di Psych Central, Senin (14/1).

Meskipun 60-70 persen dari jenis pelecehan ini terjadi di masa kanak-kanak atau remaja, mereka akan mendapatkan dampak yang lebih buruk di kemudian hari. "Pelecehan dan intimidasi seksual akan memicu perilaku berbahaya seperti ketergantungan merokok dan makan berlebihan, penggunaan antidepresan, dan penurunan kualitas hidup," kata Gonzalez-Chica.

Mereka yang menderita intimidasi dan pelecehan seksual tiga kali lebih akan menjadi banyak makan di pesta daripada orang-orang yang tidak pernah mengalami bentuk pelecehan ini. Selain itu, mereka menggunakan antidepresan hingga empat kali dan ketergantungan merokok dua kali lebih sering.

Bahkan, jika peserta melaporkan dua atau lebih hasil yang merugikan seperti ketergantungan merokok, banyak makan, penggunaan antidepresan, atau kualitas hidup yang lebih rendah, kemungkinan 60-85 persen dari mereka menderita bullying atau pelecehan seksual. "Berbicara tentang pengalaman intimidasi atau pelecehan seksual dalam wawancara tatap muka sangat rumit karena sifat sensitif dari pertanyaan ini," ujar Gonzalez-Chica.

Studi ini menunjukkan layak untuk menggunakan pertanyaan yang singkat tapi terstruktur dengan baik daripada kuesioner panjang untuk mengeksplorasi masalah ini. Jenis pertanyaan singkat ini sangat relevan untuk janji medis karena terbatasnya waktu untuk mengeksplorasi begitu banyak hasil yang berbeda.

Gonzalez-Chica mengatakan jika seorang dokter menemukan pasien dengan berbagai perilaku berbahaya seperti ketergantungan merokok dan makan berlebihan yang mengalami depresi dan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah, para dokter harus mempertimbangkan untuk mengeksplorasi apakah pasien ini menjadi korban penindasan atau pelecehan seksual. Mengidentifikasi kedua bentuk pelecehan itu penting untuk memberikan dukungan dan mengurangi risiko mental dan fisik yang lebih parah, seperti bunuh diri.

"Sesuai dengan hasil kami sangat mungkin mereka menderita akibat bentuk pelecehan tersebut," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement