Kamis 17 Jan 2019 12:45 WIB

Teknologi Ini Bantu Diagnosis dan Perawatan Kesehatan Mental

Teknologi mampu menangkap gambar otak yang 92 persen akurat untuk pasien PSTD

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas mengalami trauma karena tak mampu menyelamatkan seorang anak korban kecelakaan mobil (ilustrasi)
Foto: cbc.ca
Petugas mengalami trauma karena tak mampu menyelamatkan seorang anak korban kecelakaan mobil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  ONTARIO -- Perkembangan teknologi kian bermanfaat untuk dunia psikologi. Studi yang dilakukan tim dari Lawson Health Research Institute dan Western University di Ontario, Kanada, mengungkap akurasi teknologi dalam mendiagnosis gangguan kejiwaan.

Kasus kesehatan mental yang diteliti adalah Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Para ilmuwan membuktikan bahwa teknologi mampu menangkap gambar otak yang 92 persen akurat dalam mengonfirmasi diagnosis pasien pengidap PTSD.

Tim menggunakan pencitraan resonansi magnetik fungsional (fMRI) untuk menangkap gambar dari 181 otak peserta studi dalam keadaan beristirahat. Dari keseluruhan jumlah itu, ada sebagian pasien yang mengidap PTSD sementara sebagian lain sehat.

"Gambar yang ditangkap sangat jitu. Mengklasifikasi individu yang sehat dan pasien PTSD dengan akurat hanya berdasarkan aktivasi otak dalam kondisi istirahat," kata penulis utama studi, Andrew Nicholson, dikutip dari laman CBC News.

Teknologi tersebut pun dapat memprediksi subtipe PTSD. Jenis gangguan yang lebih umum menyebabkan ledakan semangat yang berlebihan. Jenis yang lebih pasif membuat pasien lebih tertutup secara emosional dan tidak jarang merasa jiwanya terpisah dari raga.

Cara baru diagnosis itu dianggap bisa menyingkat waktu dibandingkan penilaian klinis biasa. Cara diagnosis konvensional lazimnya memakan waktu berjam-jam, bahkan butuh beberapa kali kunjungan untuk mengetahui dengan persis apa yang dialami pasien.

Pada akhirnya, pasien PTSD yang sudah positif didiagnosis akan segera mendapatkan perawatan yang cepat dan efektif. Nicholson berharap berbagai pihak dapat mengambil manfaat dan melihat peluang medis baru dari penelitian yang dia gagas.

"Implikasinya sangat besar karena PTSD cukup resisten terhadap pengobatan dan banyak pengidapnya kehilangan pekerjaan selama bertahun-tahun. Diagnosis dan perawatan tepat dari awal akan memudahkan mereka," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement