Jumat 18 Jan 2019 11:39 WIB

Sering Mengudap Dapat Mengganggu Sistem Imun

Ketika makan, kita juga memicu sistem kekebalan tubuh.

Rep: MGROL116/ Red: Ani Nursalikah
Aloe Parata, camilan khas India
Foto: Boldsky
Aloe Parata, camilan khas India

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak dari kita terus makan makanan kecil di luar waktu makan yang ditentukan. Namun, ternyata makan lebih sering daripada biasanya bisa merusak kesehatan. Manusia rata-rata makan tiga kali plus makanan ringan setiap hari.

Pola makan tiga kali sehari di kota muncul pada akhir abad ke-18. Tetapi, belakangan ini, orang makan lebih sering daripada sebelumnya dan sering di luar jam makan.

Data aplikasi ponsel cerdas baru menunjukkan sekarang orang memiliki pola makan yang tidak menentu. Banyak dari kita terus makan camilan di luar jam makan. Itu berarti kita menghabiskan hingga 16 jam sehari dalam keadaan terus makan.

Tubuh memiliki dua keadaan metabolisme yang berbeda, berpuasa (tanpa makanan) dan pascamakan. Keadaan pascamakan yang absorptif adalah waktu metabolisme aktif untuk tubuh, tetapi juga merupakan waktu aktivitas sistem kekebalan tubuh. Ketika kita makan, kita tidak hanya mengambil nutrisi tetapi juga memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan respons inflamasi sementara.

Peradangan adalah respons normal tubuh terhadap infeksi dan cedera yang memberikan perlindungan terhadap rangsangan bahaya. "Jadi bagi orang yang mengudap sepanjang waktu, tubuh akan sering berakhir dalam kondisi peradangan yang hampir konstan," ucap Jenna Machioci dikutip di The Independent, Kamis (17/1).

Setiap empat jam setelah makan, usus mikroba dan komponennya bocor ke aliran darah kita. Hal ini secara diam-diam memicu peradangan oleh sistem kekebalan tubuh.

Proses ini sebagian besar didorong aktivasi sensor imun kritis nutrisi yang disebut inflammasome, yang melepaskan molekul inflamasi yang dikenal sebagai interleukin-1β. Peradangan dikatakan sebagai serangan perlindungan jangka pendek oleh sistem kekebalan tubuh.

Namun, peradangan setelah makan dikenal sebagai peradangan postprandial yang dapat diperburuk oleh gaya hidup modern. Ini termasuk makanan padat kalori, terlalu sering makan, fruktosa berlebihan dan makanan berlemak terutama lemak jenuh.

photo
Aneka camilan berkalori tinggi

Peradangan postprandial yang persisten merupakan masalah karena menimbulkan kerusakan kolateral berulang pada tubuh yang sangat merusak kesehatan dari waktu ke waktu. Peradangan kronis tidak menular seperti penyakit jantung dan diabetes tipe 2 sering dikaitkan dengan gaya hidup.

Masih belum diketahui dampak kumulatif pada risiko penyakit orang dewasa sehat yang menghabiskan waktu lebih lama dalam keadaan inflamasi pasca-makan. Tetapi yang jelas peradangan ringan merupakan dapat menyebabkan penuaan yang tidak sehat.

Berkurangnya frekuensi makan melalui puasa intermiten atau makan terbatas waktu juga dapat bermanfaat secara luas. Makan lebih sedikit akan memengaruhi kesehatan manusia. Ini juga membantu penurunan berat badan dan menurunkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes.

Berdasarkan data yang tersedia, fakta mendasar dari kebiasaan diet jumlah makanan yang dimakan setiap hari belum menjadi subjek investigasi ilmiah yang luar biasa. Intinya, sering makan camilan tidak hanya meningkatkan risiko gejala inflamasi yang meningkat. Mengonsumsi kalori berlebih juga menyebabkan kenaikan berat badan.

Makan terlambat juga dapat meningkatkan risiko kolesterol dan glukosa dan itu dapat membuat Anda lebih resisten terhadap insulin. Ini membuat Anda merasa lebih lapar pada hari berikutnya.

"Jadi mungkin ada baiknya Anda lebih sedikit makan dengan makanan yang lebih memuaskan. Anda mungkin juga bisa mengurangi waktu makan Anda menjadi 10 jam sehari atau kurang," kata Machioci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement