REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar ortopedi Henry Suhendra mengatakan iklan obat nyeri sendi yang marak di televisi hanya suplemen dan penghilang rasa sakit. "Iklan nyeri sendi yang banyak di televisi atau glukosamin itu sampah semua karena sebenarnya itu hanya suplemen dan penghilang rasa sakit," ujar Ketua Klinik olahraga, bahu dan tulang belakang Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk itu, Selasa (22/1).
Dia menambahkan glukosamin jika dikonsumsi dalam jangka panjang akan berdampak pada kesehatan ginjal. Dia juga meminta masyarakat tidak mengobati diri sendiri dengan datang ke apotek untuk membeli obat.
"Kalau dikonsumsi hilang sakitnya, tapi begitu tidak dikonsumsi nyeri lagi sendinya," katanya.
Penelitian di Amerika Serikat pada 2013 menemukan dari 1.500 pasien penderita sakit otot dan tulang yang menggunakan glukosamin tidak berefek pada pengobatan. Hanya sebagian kecil pasien bisa merasakan nyerinya hilang tapi kemudian sakitnya terus berulang.
Henry menjelaskan setelah melewati usia 45 tahun, tulang berisiko mengalami gangguan yang akan membatasi aktivitas. Sebagian besar kondisi tersebut seharusnya dapat diatasi jika pasien mendapatkan penanganan yang tepat.
Dokter Phedy menjelaskan, rasa nyeri yang dialami pasien hanya merupakan gejala suatu penyakit. Untuk mengetahui penyebabnya, pasien harus berobat ke dokter.
"Pasien tidak usah takut, tidak semua pengobatan ortopedi harus melalui operasi," kata Phedy.
Phedy mengajak masyarakat yang mengalami gangguan atau nyeri pada tulang segera berobat ke dokter. Hal ini dikarenakan biayanya ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
Untuk cedera olahraga biasanya terjadi pada kaki, pergelangan kaki, bahu, dan tulang belakang. Penanganan cedera pada area tersebut di antaranya cedera ligamen, cedera bantalan sendi lutut, dislokasi sendi, dan patah tulang dapat dilakukan melalui pemberian obat, fisioterapi, radiofrekuensi (prosedur untuk mengurangi nyeri dengan gelombang radio) hingga tindakan operasi yang kompleks.