REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2015, Indonesia menempati peringkat ketujuh penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Meksiko. Di Indonesia diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi.
Sedihnya dua per tiga orang dengan diabetes di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes. Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Prof Dr dr Sidartawan Soegondo, SpPD-KEMD, FINA mengatakan penderita diabetes tahun 2018 sudah 10,9 persen lebih. Sebanyak tiga per empatnya penderita bahkan tidak tahu menderita gula.
Gejala awal sakit gula memang tidak ada. Kelamaan gejalanya baru tampak, yaitu sering haus, nafsu makan besar, dan sering kencing. Kemudian lama kelamaan berat badan turun.
"Gejala diabetes banyak makan, banyak kencing, banyak minum. Yang enak-enak ini sudah agak tinggi gula darahnya. Kalau gula darah naik tidak ada gejalanya," ujarnya.
Prof Sidartawan menambahkan sebagian besar diabetes tidak bisa sembuh. Sekali gula tetap gula. Jadi harus memantau gula darahnya. "Sakit gula harus dikontrol. Bukan berobat dikasih obat beres," ujarnya.
Menurutnya obat merupakan urusan nomor tiga, yang utama adalah bagaimana mengatur makan. Untuk penyakit gula semua makanan boleh, namun dalam jumlah sedikit.
Selain itu, ingat tiga J. Jenis, jadwal dan jumlah. Jenis makanan harus dipilih. Kemudian makan dengan jadwal teratur, jamnya makan harus makan. "Makan pagi siang, dan malam. Makan tiga kali sehari sesuai jadwal teratur," ujarnya.
Hal lain yang harus dilakukan adalah melakukan kegiatan fisik atau kegiatan jasmani. Jangan lupa memonitor gula darah menggunakan alat pengecekan gula darah di rumah sakit atau di rumah sendiri. "Harus periksa gula darah supaya bisa mencegah komplikasi," tambahnya.