Jumat 25 Jan 2019 13:24 WIB

Makan Lebih Sehat tanpa Setop Gula, Bisa Kok

Kesehatan bukan hanya tentang jumlah, tapi juga kesehatan psikologis.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Ani Nursalikah
Gula (ilustrasi)
Foto: ABC News
Gula (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Kebanyakan orang mungkin bisa makan lebih sedikit gula, tapi Anda tidak harus berhenti mengonsumsi gula selamanya agar sehat. Hal ini diungkapkan oleh Tara Leong, dosen nutrisi dan dietetika di University of the Sunshine Coast.

"Belum lama ini, lemak adalah penjahat diet. Sebelum itu adalah garam. Sekarang diet bebas gula telah meledak ke panggung kesehatan dan kesejahteraan dan tampaknya telah menduduki puncak resolusi Tahun Baru banyak orang," ungkapnya seperti dilansir di CNN, Jumat (25/1).

Baca Juga

Diet bebas gula mendorong orang menghindari gula meja (sukrosa), pemanis seperti madu dan sirup maple, tepung halus, bumbu, minuman ringan, permen dan beberapa buah-buahan seperti pisang. Beberapa juga merekomendasikan untuk menghilangkan atau membatasi produk susu.

Pendukung diet dengan tepat mencatat konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan karenanya meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung dan beberapa jenis kanker. Rata-rata orang Amerika mengonsumsi sekitar 20 sendok teh gula tambahan sehari.

Berhenti gula tidak mungkin meningkatkan kesehatan, selain mengurangi makanan yang sudah diproses, makan lebih banyak sayuran, memasak makanan dari awal, dan membatasi berapa banyak gula tambahan yang Anda makan dan minum.

Memangkas buah dan susu

Beberapa diet bebas gula menyarankan orang membatasi makanan sehat dan kelompok makanan seperti buah dan susu tanpa bukti. Ini melanggengkan siklus ketakutan makanan atau pembatasan makanan dan dapat berkontribusi pada defisiensi nutrisi.

Diet ini juga merekomendasikan orang menghindari buah untuk jangka waktu tertentu. Kemudian memperkenalkan kembali daftar terbatas buah-buahan "sehat" yang mahal (seperti beri) sambil menghindari buah-buahan "tidak sehat" yang lebih murah seperti pisang.

Buah utuh adalah sumber serat, vitamin dan mineral penting, serta antioksidan. Dua porsi buah per hari dapat mengurangi risiko mengembangkan beberapa kanker, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Mengingat orang dewasa Amerika hanya mengkonsumsi setengah dari kebutuhan harian mereka untuk buah, saran untuk membatasi buah lebih lanjut dapat mengakibatkan orang kehilangan manfaat ini.

Banyak pengikut bebas gula juga menghindari produk susu biasa seperti susu, yogurt dan keju, karena anggapan ini mengandung gula. Gula dalam produk susu biasa adalah laktosa alami (karbohidrat), yang tidak perlu ditakuti. Menghindari susu yang tidak perlu dapat meningkatkan risiko osteoporosis jika tidak diganti dengan kadar kalsium yang memadai dari sumber lain.

Penggantian gula

Anehnya, banyak resep bebas gula menggunakan alternatif gula yang mahal, seperti sirup beras malt (karena kandungan fruktosa yang rendah), sirup maple (yang kadang-kadang diizinkan dan kadang tidak) dan kurma untuk menggantikan gula. Namun, ini masih gula dan mengandung jumlah kalori yang sama per gram seperti gula lainnya. Alternatif-alternatif ini tidak menawarkan manfaat gizi tambahan, selain sirup malt beras yang bermanfaat bagi mereka yang memiliki masalah malabsorpsi fruktosa dan kurma yang mengandung serat.

Apa yang harus dilakukan?

Makan banyak sayuran, nikmati biji-bijian, dan kacang-kacangan. Buah adalah teman Anda, bukan musuh Anda. Tidak peduli bagaimana kita memilih untuk makan, ingatlah kesehatan bukan hanya tentang jumlah, ukuran pinggang kita, atau makanan yang kita hindari. Ini juga tentang kesehatan psikologis kita dan hubungan kita dengan makanan yang sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement