Selasa 29 Jan 2019 08:25 WIB

Ilmuwan Tegaskan Aktivitas Fisik Bisa Melawan Depresi

Penelitian menunjukkan aktivitas fisik apapun lebih baik daripada duduk terdiam.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Wanita berolahraga.
Foto: EPA
Wanita berolahraga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian baru di AS telah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tetap aktif adalah tindakan pencegahan yang efektif untuk melawan depresi. Peneliti di Massachusetts General Hospital (MGH) melakukan studi baru menggunakan teknik yang disebut Mendelian Randomisation.

Teknik itu mempelajari varian genetik untuk melihat apakah faktor-faktor tertentu dikaitkan dengan risiko penyakit yang lebih tinggi atau lebih rendah. Misalnya, menunjukkan lebih tinggi atau lebih rendah tingkat rata-rata suatu faktor seperti aktivitas fisik karena varian gen yang diturunkan, yang mungkin terkait dengan risiko depresi.

Baca Juga

Jenis analisis ini memberikan hasil yang lebih dapat diandalkan, jadi jika suatu asosiasi ditemukan, lebih mungkin untuk menyarankan hubungan langsung. Untuk analisis, para peneliti mengidentifikasi varian gen dari 377.234 peserta yang melaporkan sendiri tingkat aktivitas fisik mereka.

Sebanyak 91.084 peserta yang memiliki aktivitas fisik diukur dengan akselerometer, perangkat yang dikenakan di pergelangan tangan yang mengukur gerakan. Para peneliti juga melihat data dari 143.265 peserta yang memiliki depresi.

Temuan yang dipublikasikan secara daring di JAMA Psychiatry, menunjukkan bahwa tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi, yang diukur dengan akselerometer, tampaknya melindungi terhadap risiko depresi.

Namun, hubungan yang sama tidak ditemukan untuk aktivitas fisik yang dilaporkan sendiri. Para peneliti menyarankan bahwa ini mungkin disebabkan oleh pelaporan yang tidak akurat oleh peserta, atau karena fakta bahwa akselerometer mengukur kegiatan sehari-hari dan bukan hanya latihan, misalnya berjalan ke kantor, menaiki tangga, memotong rumput, yang mungkin tidak dapat dipertimbangkan oleh peserta.

Analisis tidak menunjukkan hubungan sebab akibat di arah lain, untuk menunjukkan bahwa depresi mengurangi aktivitas fisik. "Menggunakan data genetik, kami menemukan bukti bahwa tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dapat secara kausal mengurangi risiko depresi. Mengetahui apakah faktor terkait benar-benar menyebabkan hasil adalah penting, karena kami ingin berinvestasi dalam strategi pencegahan yang benar-benar berhasil," ujar kata penulis utama Karmel Choi, PhD seperti dilansir dari laman Malay Mail.

Menurutnya rata-rata melakukan lebih banyak aktivitas fisik tampaknya berguna untuk melindungi dari potensi depresi. Aktivitas apa pun tampaknya lebih baik daripada tidak sama sekali. Penelitian mencatat, mengganti duduk dengan aktivitas selama 15 menit yang memompa jantung seperti berlari bisa membantu menurunkan risiko depresi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement