REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemenuhan kebutuhan gizi dibagi antara makan utama dan makan ringan. Makan utama mencakup makan pagi atau sarapan, makan siang, dan sore.
Menurut Ahli Gizi Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes, makan pagi atau sarapan seringkali masih disepelekan dan dianggap tidak penting. Padahal sarapan yang seharusnya bisa memenuhi 25-30 persen gizi harian sangat penting sebagai awal memulai beraktivitas.
"Kalau penyebutannya makan utama, maka seluruh zat gizi sudah harus tersedia, jadi kalau hanya sarapan teh manis misalnya, baru satu saja karbohidrat. Sementara gizi lainnya tidak terpenuhi, protein, vitamin, lemak mineral, air," kata Rita, dalam acara 101 Nestum Healthy Bowl di Jakarta, Selasa (29/1).
Makan berbeda dengan minum. Untuk sarapan, tidak hanya bisa minum, tetapi harus keduanya, karena setiap gerakan akan memengaruhi metabolisme dalam tubuh. Bicara metabolisme, ada reaksi kimia dalam tubuh yang berlaku untuk semua orang hidup, artinya untuk semua kelompok umur.
Dalam aktivitas makan juga banyak manfaatnya, seperti merangsang kognitif, memenuhi kepuasan psikologi makan, hingga menstimulasi pencernaan secara baik. "Proses pencernaan itu ada pekerjaan di rongga mulut, lambung, usus, dan lainnya. Satu saja bekerja, akan menstimulasi organ lainnya," kata dia.
Makan identik dengan kegiatan mengunyah, mencampur makanan, menelan, sementara minum hanya meneguk. Mengunyah berkaitan dengan hormon grealin yang merangsang nafsu makan.
"Berdasar penelitian, mengunyah membuat mengendalikan rasa lapar, merangsang kognitif dan ini sangat penting bagi anak-anak sekolah, meningkatkan daya ingat, konsentrasi, fokusnya lebih baik," lanjut Rita.
Menu bergizi dalam sarapan berarti susunan hidangan yang di dalamnya mengandung enam zat gizi, seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin , mineral dan air. Syarat sarapan berkualitas harus mengandung semua zat gizi tersebut. Sarapan yang baik juga harus memerhatikan kompisis lemak jenuh dan gula.
Selama ini juga tak sedikit orang menganggap sudah menjalankan sarapan dengan benar. Tetapi sebenarnya sarapannya belum memenuhi syarat dari total gizi harian yang dibutuhkan tubuh.
Menurut Windy Cahyaning Wulan, Business Executive Officer Dairy Nestlé Indonesia, berdasar riset kesehatan, hanya 51 persen yang baru berpikir bahwa sarapan itu penting. Dari jumlah itu, hanya 76 persen yang menganggap sudah sarapan dengan benar, padahal tidak.
"Nah cukup memperihatinkan, ternyata 26 persen anak juga hanya mengonsumsi minuman di pagi hari karena beragam hal, buru-buru, belum bangun, ibunya sibuk, cuma teh manis, susu. Itulah kenapa mungkin banyak anak sampai ke sekolah masih merasa lapar. Kemudian anak Indonesia yang melakukan sarapan sehat seimbang hanya 10 persen," ujar Windy.
Padahal, orang perlu memilih menu dengan golden standard breakfast, yaitu harus terdiri dari makanan dan minuman, bukan salah satunya saja. Kesibukan di pagi hari seringkali membuat orang hanya sempat meneguk minuman untuk sarapan.
Mengerti akan kesibukan di pagi hari yang terkadang membuat kita seringkali hanya mengonsumsi minuman di pagi hari atau bahkan melewatkan sarapan, Nestum berinisiatif meluncurkan gerakan 101 Nestum Healthy Bowl untuk mengajak masyarakat Indonesia berkreasi membuat aneka taburan bubur Nestum yang praktis namun tetap sehat dan lezat. Melalui gerakan ini, diharap dapat mendorong masyarakat untuk tidak lagi melewatkan sarapan.