Rabu 30 Jan 2019 16:56 WIB

Awas, Ada 5 Mitos Menyesatkan Seputar Kanker Paru

Kanker paru dinilai sangat mematikan karena cenderung tak bergejala di awal.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Meningkatnya angka perokok di Asia diprediksi akan memicu naiknya angka penderita kanker paru.
Foto: Prayogi/Republika
Meningkatnya angka perokok di Asia diprediksi akan memicu naiknya angka penderita kanker paru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang cukup banyak ditemukan pada laki-laki dan perempuan. Menurut Lung Cancer Statistic, ada sekitar dua juta kasus kanker paru baru pada 2018.

Menurut American Lung Association, kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang sangat mematikan. Kanker paru dinilai sangat mematikan karena sulit ditemukan pada stadium dini karena cenderung tak bergejala di awal.

Baca Juga

Salah satu penyebab keterlambatan diagnosis kanker paru adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat awam akan kanker paru. Kondisi ini semakin diperparah dengan cukup banyaknya mitos dan informasi menyesatkan yang beredar di tengah masyarakat awam.

Seperti dilansir WebMD, setidaknya ada lima mitos menyesatkan mengenai kanker paru yang perlu diluruskan. Berikut ini adalah kelima mitos menyesatkan tersebut.

Mitos: Terlambat Untuk Berhenti

Ada anggapan bahwa berhenti merokok setelah bertahun-tahun menjadi perokok merupakan sesuatu yang sia-sia dan terlambat. Faktanya, manfaat berhenti merokok bisa segera dirasakan oleh perokok terlepas dari berapapun lamanya riwayat merokok mereka.

Beberapa saat setelah berhenti merokok, peredaran darah dan kinerja paru akan membaik. Seiring berjalannya waktu, risiko kanker paru juga akan menurun. Setelah 10 tahun berhenti merokok, risiko kematian akibat kanker paru juga akan mnurun drastis hingga 50 persen dibandingkan orang yang tetap merokok.

Mitos: Rokok Rendah Tar Lebih Aman

Sebagian orang menganggap bahwa rokok dengan kandungan tar yang rendah cenderung lebih aman. Padahal, rokok rendah tar tetap dapat meningkatkan risiko kanker paru.

Selain itu, masyarakat juga perlu mewaspadai rokok menthol. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa rokok menthol mungkin lebih bebahaya dan lebih sulit dihentikan.

Mitos: Suplemen Antioksidan Dapat Melindungi

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa suplemen antioksidan dapat melindungi diri dari risiko kanker paru. Faktanya, penelitian menemukan bahwa risiko kanker paru pada perokok yang mengonsumsi suplemen beta karoten tetap tinggi. Namun tak ada salahnya untuk mendapatkan antioksidan dari buah-buahan maupun sayuran segar.

Mitos: Merokok Satu-Satunya Faktor Risiko

Merokok memang faktor risiko terbesar dari kanker paru, namun merokok bukan satu-satunya faktor risiko. Faktor risiko kanker paru kedua terbesar adalah radon. Radon merupakan gas radioaktif tanpa bau yang dilepaskan oleh batu dan tanah. Radon dapat masuk ke dalam rumah-rumah hingga bangunan bertingkat.

Kadar radon di rumah maupun gedung bertingkat bisa diketahui melalui tes kadar radon. Informasi seputar tes kadar radon bisa didapatkan melalui departemen kesehatan.

Mitos: Tak Perlu Berhenti Merokok Bila Sudah Terkena Kanker Paru

Sebagian orang mungkin merasa percuma untuk berhenti merokok setelah terdiagnosis kanker paru. Padahal, berhenti merokok setelah terdiagnosis kanker paru tetap dapat memberi manfaat. Dengan berhenti merokok, terapi kanker paru akan bekerja lebih baik.

Berhenti merokok pada pasien kanker paru juga dapat meringankan efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh terapi. Pasien kanker paru yang harus menjalani operasi dapat pulih lebih cepat bila berhenti merokok.

Perokok yang memerlukan radiasi untuk kanker di pangkal tenggorokan juga dapat menghindari risiko menjadi serak bila berhenti merokok. Dalam beberapa kasus, berhenti merokok juga dapat menurunkan risiko terjadinya kekambuhan kanker paru.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement