REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN) Soehartati Gondowihardjo menyebut penyakit mematikan kanker dapat dicegah dengan dua cara. Cara tersebut disebut pencegahan primer dan pencegahan sekunder.
Soehartati menyebut pencegahan primer dilakukan dengan menghindari faktor risiko pola hidup tidak sehat seperti pengawet, penyedap rasa, pewarna, alkohol, hingga tembakau. "Kemudian menghindari hubungan seksual yang kurang sehat. Kalau menghindari faktor risiko itu artinya pencegahan perilaku," ujarnya saat ditemui usai peringatan Hari Kanker Sedunia 2019, di Jakarta, Senin (4/2).
Selain itu, dia menambahkan, masyarakat melakukan pencegahan sekunder diantaranya melakukan tes inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) dan pap smear untuk mendeteksi adanya kanker leher rahim (serviks).
"Jadi upaya-upaya itu untuk memotong proses penyebaran sel kanker," katanya. Terlebih lagi, pencegahan kanker harus segera dilakukan ketika memiliki riwayat atau genetik orang tua kanker yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat lebih dini.
"Karena kalau keturunan (kanker) kan gennya sudah diturunkan sehingga anak tinggal menerapkan pola hidup sehat," ujarnya.
Ia menyontohkan penyakit yang diturunkan secara genetik yaitu kanker mata, kanker payudara, hingga kanker usus besar (kolorektal). Ia meminta anak yang membawa genetik kanker dari keluarganya benar-benar menerapkan pola hidup sehat sejak dini.
Berdasarkan data Globocan, saat ini beban penyakit kanker di dunia meningkat, yaitu terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian di tahun 2018 dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker, serta satu dari delapan laki-laki dan 1 dari 11 perempuan meninggal karena kanker.
Angka kejadian tertinggi di Indonesia untuk laki – laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk, yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100 ribu penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100 ribu penduduk.