Kamis 14 Feb 2019 17:11 WIB

Pola Makan Ala Barat Tingkatkan Risiko Sepsis Berat

Sepsis merupakan salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Ani Nursalikah
Hidangan burger.
Foto: EPA
Hidangan burger.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pola makan ala Barat yang tinggi lemak dan gula dapat membuat seseorang berisiko lebih tinggi terkena sepsis parah. Sepsis adalah peradangan serius akibat infeksi. Sepsis merupakan salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia.

Penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of National Academy of Sciences, melihat lebih dekat bagaimana diet ala Barat mempengaruhi keparahan dan hasil sepsis.

Baca Juga

Para peneliti dari Portland State University (PSU) di Amerika Serikat (AS) memberi makan tikus dengan diet ala Barat yang dicirikan dengan rendah serat dan tinggi lemak, serta gula. Tikus menunjukkan peningkatan peradangan kronis, keparahan sepsi dan tingkat kematian yang lebih tinggi daripada tikus yang diberi makanan normal.

Temuan menunjukkan tikus memiliki sepsis yang lebih parah dan mati lebih cepat karena sesuatu dalam makanan mereka. Bukan karena kenaikan berat badan, tetapi komunitas bakteri tubuh.

Asisten profesor di PSU, Brooke Napier menunjukkan sistem kekebalan tikus pada diet Barat terlihat dan berfungsi secara berbeda. “Sepertinya diet memanipulasi fungsi sel kekebalan tubuh sehinga lebih rentan terhadap sepsis. Kemudian ketika Anda mendapatkan sepsis, Anda meninggal lebih cepat,” kata Napier, seperti yang dilansir di Indian Express, Selasa (12/2).

Temuan ini dapat membantu rumah sakit memantau diet pasien lebih baik di unit perawatan intensif karena mereka menjadi yang paling mungkin mengembangkan sepsis. “Jika Anda tahu diet tinggi lemak dan gula berkorelasi dengan peningkatan kerentanan terhadap sepsis dan peningkatan mortalitas, ketika pasien tersebut di Unit Perawatan Intensif, Anda dapat memastikan mereka makan lemak dan rasio lemak yang tepat,” ujarnya.

Jika seseorang bisa memperkenalkan intervensi diet saat mereka berada di ICU untuk mengurangi peluang memanipulasi sistem kekebalan tubuh dengan cara itu, maka hasilnya bisa dipengaruhi. Tim juga mengidentifiksi penanda molekuler pada tikus yang diberi makan ala Barat. Penelitian ini digunakan sebagai prediktor atau biomarker untuk pasien yang berisiko tinggi sepsis berat atau pasien yang mungkin memerlukan pengobatan lebih agresif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement