Kamis 28 Feb 2019 09:37 WIB

Mitos Masalah Tidur dan Penjelasan dari Pakar

Beberapa mitos sering dipercayai perihal penyebab insomnia dan sulit tidur.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Ani Nursalikah
Perempuan bermain ponsel sebelum tidur. Ilustrasi
Foto: Telegraph
Perempuan bermain ponsel sebelum tidur. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gejala insomnia atau susah tidur kerap dikeluhkan oleh banyak orang. Bahkan di Australia 77,9 persen wanita mengalami insomnia dan mengalami gangguan tidur selama beberapa malam terakhir.

Beberapa mitos juga sering dipercayai perihal penyebab insomnia dan sulit tidur tersebut. Untuk itu, dilansir ABC pada Rabu (27/2), para ahli akan menjabarkan mitos-mitos itu dan menjelaskan secara ilmiah apa yang harus dilakukan dan diabaikan untuk bisa tidur pulas dan ketika bangun badan terasa segar.

Mitos 1: Bangun lebih awal selalu yang terbaik

Kita hidup dalam budaya yang mengasosiasikan bangun pagi dengan kebajikan dan kesuksesan. Namun, ini ternyata mitos saja karena gagasan itu tidak terbukti secara ilmiah.

“Ini kepercayaan budaya dan sosial, tidak lebih,” kata dokter ahli tidur dan wakil direktur Melbourne Sleep Disorders Centre David Cunnington.

Menurut dia, setiap orang memiliki kecenderungan masing-masing yang disesuaikan dengan tipe kerja masing-masing. Ada yang menjadi tipe pagi hari, tipe larut malam atau bahkan siang. Dan itu tidak menjadi masalah karena preferensi setiap orang untuk tidur berbeda.

Mitos 2 : Mematikan layar sebelum tidur menyelesaikan masalah

Cahaya biru yang dipancarkan perangkat seluler, laptop dan tablet memancarkan radiasi kepada kita. Namun bukan berarti dengan mematikan layar sesaat sebelum tidur bisa menjadi solusi tidur pulas Anda. Sebaiknya, kata David, Anda menjauhkan diri dari layar perangkat jauh sebelum jam tidur. Anda juga bisa menggunakan kacamata antiradiasi.

Mitos 3: Bangun di malam hari berarti tidur yang buruk

Sebagian besar dari kita berpikir terbangun dua atau tiga kali di malam hari adalah tidak normal. Dan itu, bisa membuat kita stres mengupas alasan mengapa tidak tidur selama delapan jam.

Tetapi Profesor Leon Lack, Profesor Emeritus di Sekolah Psikologi Universitas Flinders, mengatakan tidur dengan sendirinya seperti itu, tidak berbahaya. "Terbangun secara singkat ini harus dipelajari agar dapat ditoleransi dan diterima sebagai hal yang sangat normal, selama itu tidak mengganggu fungsi atau perasaan Anda,” kata Lack.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement