REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 45 persen penderita kanker anak tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan pengobatan. Data ini terungkap melalui sebuah studi inovatif yang dimuat dalam jurnal medis The Lancet Oncology.
Jurnal tersebut mengungkapkan ada sekitar 400 ribu kasus kanker anak per tahun. Akan tetapi, hampir dari setengah kasus tersebut tidak terdaftar dalam registrasi kesehatan nasional.
"Pasien (kanker anak yang tidak dapat pengobatan) kemungkinan besar akan mati, meskipun kanker tidak akan dituliskan dalam sertifikat kematian," ungkap peneliti dari International Agency for Research on Cancer di bawah naungan PBB Eva Steliarova-Foucher seperti dilansir Malay Mail.
Studi ini menggunakan data dari 200 negara di dunia. Data menujukkan lebih dari setengah kasus kanker anak di Afrika, Asia selatan tengah dan pulau-pulau pasifik tidak terangkul oleh layanan kesehatan.
Lebih lanjut, sekitar 60 persen negara di dunia tidak memiliki daftar catatan kanker. Sekalipun memiliki daftar catatan, banyak negara yang hanya mencatat kasus kanker pada sebagian populasi saja.
Berdasarkan data pada 2015, kasus kanker anak baru cenderung stabil dan bahkan menurun di sebagian besar wilayah. Namun, kasus kanker anak masih sangat tinggi di negara-negara berpendapatan rendah atau menengah. Diperkirakan 92 persen kanker anak ditemukan di negara-negara ini.
"Sistem kesehatan di negara berpendapatan rendah dan sedang jelas tidak mampu memenuhi kebutuhan anak dengan kanker," ungkap peneliti senior dari Harvard University Prof Rifat Atun.
Temuan ini sangat bertolak belakang dengan temuan yang ada di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Kanada. Hanya ada tiga persen kasus kanker anak yang tak terdiagnosis di Amerika Serikat, Eropa dan Kanada.
Jenis kanker anak yang paling umum di berbagai belahan dunia kecuali subsahara Afrika adalah leukimia limfoblastik. Leukimia limfoblastik merupakan kanker darah yang mempengaruhi sel darah putih.
Tim peneliti memperkirakan akan ada 6,7 juta kasus kanker anak baru di dunia selama periode 2015-2030. Bila sistem kesehatan tidak diperbaiki, sekitar tiga juta pasien kanker anak akan tetap tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan medis yang seharusnya.
Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menjangkau anak-anak penderita kanker adalah dengan memperbaiki akses dan rujukan terhadap sistem layanan kesehatan. "Hambatan terhadap akses dan rujukan dalam sistem layanan kesehatan masih menjadi masalah besar," ujar tim peneliti.