REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kesadaran masyarakat akan penyakit glaukoma dinilai masih rendah. Sementara, penyakit ini merupakan penyebab kebutaan nomor dua di hampir seluruh dunia termasuk Indonesia.
Terlebih, kebutaan karena gloukoma bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki seperti halnya katarak. Untuk itu, dalam rangka World Glaucoma Week (WGD), Rumah Sakit Mata Dr. Yap Yogyakarta menyelenggarakan kegitan pelatihan deteksi dini terhadap glaukoma.
Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan RS Mata Dr. Yap, Rastri Paramita, mengatakan pelatihan dilakukan agar semakin banyak masyarakat yang sadar akan bahaya glaukoma. Sehingga, mereka dapat melakukan deteksi dini terhadap penyakit tersebut.
Deteksi dini perlu dilakukan agar glaukoma tidak terus membayangi dan meningkat di masyarakat. Selain itu, deteksi dini merupakan bentuk pencegahan karena penyakit ini menyebabkan kebutaan.
"Kalau kita bisa melakukan deteksi dini bisa ditanggulangi, supaya masyarakat peduli," kata Rastri di RS Mata Dr. Yap Yogyakarta.
Dokter Spesialis Mata Subdivisi Glaukoma RS Mata Dr. Yap sekaligus Ketua Panitia WGW 2019, Erin Arsianti menjelaskan pelatihan dilakukan terhadap kader puskesmas binaan. Di antaranya Puskesmas Gondokusuman 1 dan 2 serta Puskesmas Jetis. Bahkan, anggota paguyuban glaukoma yang terdiri dari dokter umum, pasien, dan keluarga juga diikutkan.
Materi pelatihan mulai dari pencegahan, tanda-tanda, hingga cara penanganan penyakit ini. "Peserta bisa menjadi perpanjangan tangan kami untuk mendeteksi glaukoma sejak dini," kata Erin.
Pelatihan akan digelar 10 hingga 16 Maret dengan acara puncaknya pada 24 Maret 2019. Pada acara puncak, peserta yang ditemukan maupun menemukan adanya glaukoma di wilayah puskesmas binaan akan diperiksa.
"Selain kegiatan deteksi dini, ada talkshow edukasi kesehatan mata, senam, stand farmasi untuk edukasi penggunaan, dan lomba pembuatan video kegiatan WGW," lanjutnya.