REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mudah untuk menghilangkan sakit kepala akibat terlalu banyak mengonsumsi kopi atau gejala lain. Namun kadang-kadang, tubuh memberi gambaran atas kondisi lingkungan dan orang-orang di dalamnya.
Seorang terapis berlisensi, Shannon Thomas, menyebutkan selama ini banyak kliennya yang menjalani hubungan tidak sehat yang akhirnya mengalami gejala fisik tanpa penjelasan medis. Hubungan tidak sehat yang dijalani seperti seperti sering bertengkar atau menjadi korban kekerasan.
"Saya belum tahu tentang klien yang belum mengalami semacam reaksi tubuh ketika berada dalam hubungan yang kasar. Ada berbagai tingkat, itu spektrum yang luas, tetapi setiap orang memiliki manifestasi fisik dari pelecehan itu,” kata Thomas seperti dilansir dari Insider, Senin (18/3).
Orang yang tinggal dengan pasangan yang kasar bisa mengalami trauma bonding. Jenis trauma ini pada dasarnya terjadi ketika pelaku dan korban menjalani keterikatan emosi. Korban merasa stres akibat kekerasan itu. Namun ketika mereka tidak sedang dalam konflik mereka menjadi terbiasa dan meyakini hal itu sebagai kenyataan hidup.
"Ada adrenalin dan kortisol tingkat tinggi yang terjadi. Dan ketika kamu memiliki kombinasi dari aliran kimiawi dalam tubuh, tubuh akan bereaksi terhadapnya,” kata Thomas. Berikut ciri-ciri tubuh Anda bermasalah akibat suatu hubungan yang tidak sehat.
1. Merasa lelah
Salah satu gejala umum dari hubungan yang buruk adalah perasaan terus-menerus lelah dan lelah. Biasanya ini adalah tujuan pelaku karena korban kemungkinan tidak memiliki energi untuk bertarung. Sehingga, korban lebih mudah dikendalikan.
2. Masalah autoimun
Hubungan yang 'beracun' dari waktu ke waktu dapat berakhir pada masalah autoimun seperti peradangan, sakit tubuh, dan kulit seperti terbakar. Tetapi Thomas mengatakan sekitar 95 persen kasus ketika kliennya pergi ke dokter tentang masalah ini mereka didiagnosis sehat. Padahal bagi pasien ini sangat menyedihkan karena tidak ada penjelasan medis untuk keluhannya. "Maka kita harus melihat lingkungan tempat mereka berada serta hubungan mereka dan jika itu menciptakan gejala kecemasan ekstrem," kata Thomas.
3. Masalah pencernaan dan perubahan hormon
Orang-orang dalam hubungan yang buruk sering mendapati dirinya memiliki masalah dengan makanan tertentu. Padahal mereka dulunya bisa makan apa pun. Thomas mengatakan ini karena semua stres dan kortisol serta adrenalin ditahan di dalam tubuh.
Kecemasan berevolusi pada manusia untuk mengeluarkan respons fight or flight. Tetapi jika hormon-hormon ini tidak punya tempat untuk pergi, secara teori, ini berarti tubuh Anda mungkin mulai menyerang diri sendiri."Bahkan setelah hubungan berakhir, butuh waktu untuk membangun kembali dari lubang di lembah, pikiran, dan tubuh masuk selama hubungan," kata Thomas.
"Hubungannya bisa berakhir dan yang selamat masih bekerja pada ketahanan mereka serta mendapatkan kembali kesehatan fisiknya," jelas Thomas.
4. Kesulitan dengan ingatan dan ucapan
Ketika pikiran Anda dipenuhi oleh ingatan tentang pertengkaran serta konflik dengan pasangan, maka Anda tidak memiliki banyak ruang untuk hal lain termasuk ingatan dan ucapan. "Saya telah melihat banyak klien yang mengalami kesulitan membaca buku atau memproses informasi baru atau menyimpan informasi atau kenangan. Ketika mereka berada di tengah-tengah hubungan yang kasar, fungsi-fungsi ini sangat sulit,” ungkap Thomas.
Itu karena pikiran sedang mencoba untuk memproses apa yang terjadi, mengapa pasangan mereka begitu kejam dan manipulatif, dan bekerja keras untuk menemukan solusi. Masalahnya adalah pelaku tidak mencari solusi.
5. Kram otot
Kram otot adalah indikator besar seseorang membuat kita tidak nyaman, meski masih bisa merasionalisasikannya sebagai saraf. “Saya akan mendorong Anda untuk benar-benar berhenti dan berpikir 'mengapa tubuh saya bereaksi seperti ini di sekitar orang ini?' Karena mungkin ada sesuatu yang mengganjal di bawah sadar tentang seseorang yang belum masuk ke dalam pikiran kognitif, tetapi tubuh Anda merasakannya,” kata Thomas.
6. Reaksi usus
Menurut Thomas, kita harus lebih mempercayai naluri. Hampir semua klien yang pernah bekerja dengannya atau berbicara tentang pelecehan psikologis pada awalnya tidak terlalu menyukai orang yang menjadi pelaku kekerasan.
"Sesuatu terasa tidak benar tetapi mereka merasionalisasi dan terus menghabiskan waktu dengan orang itu dan saat itulah ikatan trauma dimulai. Tapi itu benar-benar umum seperti itu sebelum ketertarikan terjadi, ada semacam awal 'tidak'. Saya mendengarnya berulang kali,” kata dia.
Menurut Thomass, seringkali gejala psikis akibat dari hubungan yang kasar berkurang ketika korban selamat pergi. Tetapi kadang-kadang mereka dapat bertahan. Hal itu bergantung pada tingkat pelecehan dan berapa lama waktu kekerasan itu terjadi.